Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Nepal Melonjak 2.500 Persen Sebulan, PMI Khawatir Akan Ada Kematian Massal

Kompas.com - 11/05/2021, 15:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

KATHMANDU, KOMPAS.com - Dokter di Nepal memperingatkan bahwa mereka menghadapi krisis besar, karena jumlah kasus virus corona telah melonjak dalam hitungan minggu.

Petugas medis mengatakan rumah sakit di negara itu kehabisan oksigen dan tempat tidur.

Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran bahwa skala darurat “Negeri Seribu Kuil Ini" dapat menyerupai negara tetangga, India.

Baca juga: Dokter India Minta Publik Tak Pakai Kotoran Sapi sebagai Obat Covid-19

Daily Mail melaporkan Nepal mencatat 8.287 kasus virus corona baru akhir pekan lalu (9/5/2021), dibandingkan dengan hanya 337 kasus baru pada hari yang sama empat minggu sebelumnya.

Jumlah kematian juga meningkat dengan 53 kematian yang tercatat pada Sabtu, dibandingkan dengan hanya satu kematian bulan lalu.

Menurut Federasi Palang Merah Internasional, 44 persen tes Covid-19 memberikan hasil positif akhir pekan lalu, yang menunjukkan ribuan infeksi tidak terdiagnosis.

Badan amal itu memperingatkan ada ketakutan besar akan kematian massal jika virus terus menyebar ke seluruh negeri.

“Saat ini tidak ada tempat tidur yang tersedia di rumah sakit mana pun yang merawat pasien Covid-19, '' kata Dr Jyotindra Sharma, kepala Rumah Sakit untuk Pengobatan & Bedah Lanjutan di Kathmandu.

Lebih lanjut kata dia, kalaupun ada tempat tidur yang disediakan, ada kelangkaan oksigen yang sangat besar. Sementara saat ini krisis belum mencapai puncaknya.

Di rumah sakit, salah satu fasilitas terkemuka di Nepal untuk merawat pasien Covid-19, tempat tidur tambahan dijejali untuk menampung lebih banyak orang.

Semuanya fasilitas tambahan sudah digunakan. Jadi satu-satunya cara untuk diterima di rumah sakit adalah melalui daftar tunggu.

Baca juga: Krisis Covid-19 India Menjalar, Nepal Mulai Kehabisan Tempat di Rumah Sakit

Dr Sharma menambahkan: “Dalam situasi ekstrem, orang bisa sekarat di jalanan.” Menurutnya rumah sakit juga tidak mungkin meningkatkan kapasitas dalam waktu singkat.

Di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan yang dikelola pemerintah, beberapa pasien Covid-19 terbaring di tempat tidur yang dipasang di beranda dan dihubungkan ke tabung oksigen.

Mereka yang beruntung. Yang lainnya ditolak karena tidak ada cukup ruang atau peralatan.

“Kami kekurangan persiapan, sumber daya, dan kapasitas yang kurang untuk melakukan perawatan apa pun yang diharapkan, '' kata Dr Bishal Dhakal, yang telah menangani pasien virus corona sejak awal pandemi.

Lockdown Nepal sudah diberlakukan bulan lalu di kota-kota besar dan kecil. Negara tetangga India ini juga secara total menghentikan penerbangan domestik dan internasional minggu lalu.

Pemerintah telah berjanji beberapa kali untuk meningkatkan jumlah tempat tidur rumah sakit dan meningkatkan perawatan dan tindakan pencegahan. Namun, belum ada perubahan signifikan terjadi di lapangan.

Kampanye vaksin Nepal dimulai pada Januari dengan 1 juta dosis suntikan AstraZeneca yang disumbangkan oleh India.

Tetapi kampanye vaksin ditangguhkan, karena penolakan India untuk mengizinkan ekspor vaksin setelah situasi dalam negerinya sendiri krisis memburuk.

Vaksinasi dilanjutkan ketika China menyumbangkan 800.000 dosis, dan Nepal sedang bernegosiasi dengan Rusia untuk pasokan suntikan Sputnik V.

Para ahli khawatir jika lonjakan itu tidak dikendalikan, Nepal dapat menghadapi keadaan darurat dalam skala yang lebih buruk daripada yang dihadapi India saat ini.

Baca juga: Bank Dunia Pinjami 700 Juta Dollar AS Lebih untuk Program Vaksinasi Covid-19 di Afghnistan, Bangladesh dan Nepal

Negara berpenduduk 31 juta orang itu hanya memiliki 1.595 tempat tidur perawatan intensif dan 480 ventilator, menurut rencana tanggap Covid-19 pemerintah.

Data juga menunjukkan ada kekurangan dokter. Hanya ada 0,7 dokter per 100.000 orang dibandingkan dengan 2,8 di Inggris dan kurang dari 0,9 di India.

“Apa yang terjadi di India saat ini adalah ‘preview' mengerikan dari masa depan Nepal, jika kita tidak dapat menahan lonjakan Covid-19 terbaru yang merenggut lebih banyak nyawa dari menit ke menit,” kata Ketua Palang Merah Nepal, Dr Netra Prasad Timsina.

Menurutnya setiap upaya sedang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa saat ini di seluruh Nepal, dengan peningkatan perawatan medis.

Tim kesehatan sukarelawan Palang Merah Nepal juga mengurangi rekor infeksi dengan membantu pengujian, vaksinasi. Termasuk mengimbau protokol kesehatan mulai dari mencuci tangan, memakai masker, dan mengisolasi orang yang terinfeksi.

“Sangat menyedihkan melihat bahwa orang tidak dapat mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai, ketika kremasi mencapai rekor setelah varian baru corona, yang menyerang orang-orang dari segala usia di Nepal.''

Baca juga: Bawa 2.000 Dosis Vaksin AstraZeneca ke Nepal, Pangeran Bahrain Diinvestigasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com