“Yang buruk adalah itu benar-benar kelalaian di pihak China. Benda-benda yang beratnya lebih dari sepuluh ton tidak kami biarkan jatuh dari langit tanpa terkendali dengan sengaja," kata McDowell.
Berdasarkan orbitnya saat ini, roket tersebut melewati Bumi sejauh utara New York, Madrid dan Beijing. Sementra ke selatan sejauh selatan Chile dan Wellington, Selandia Baru, dan dapat masuk kembali kapan saja di area ini.
Mengingat kecepatannya, sedikit perubahan pada jalurnya dapat membuat perbedaan besar ke tujuan akhirnya. Diperkirakan akan kembali ke Bumi pada 10 Mei, plus atau minus dua hari.
Baca juga: Peneliti AS Berhasil Memanen Sinar Matahari dari Luar Angkasa
McDowell mengatakan setelah jelas pada hari ia kembali ke Bumi, para ahli dapat memprediksi waktu pendaratannya dalam kurun waktu enam jam.
Peluncuran roket adalah bagian dari 11 misi yang direncanakan sebagai bagian dari pembangunan stasiun luar angkasa China, yang diharapkan selesai pada akhir 2022.
Stasiun luar angkasa berbentuk T diperkirakan memiliki berat sekitar 60 ton, jauh lebih kecil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang meluncurkan modul pertamanya pada 1998 dan memiliki berat sekitar 408 ton.
Stasiun luar angkasa China akan memiliki “port docking” dan juga akan dapat terhubung dengan satelit China. Secara teoretis itu dapat diperluas menjadi sebanyak enam modul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.