KOLKATA, KOMPAS.com - Masyarakat di Negara Bagian Bengal Barat, India, tetap menjalankan pemilu tahap akhir meski kasus Covid-19 tengah tinggi.
Antrean panjang terlihat di luar bilik pemilihan, dengan pakar khawatir hajatan politik akan makin menularkan virus corona.
Pakar mengaku takut karena Bengal Barat bisa menjadi episentrum baru corona, karena kampanye terus dihelat di sana.
Pada Kamis(29/4/2021), India menorehkan 379.257 kasus infeksi harian Covid-19, tertinggi di dunia.
Sementara di Bengal Barat, pada Rabu (28/4/2021) otoritas kesehatab setempat mencatat lebih dari 17.000 kasus.
Negara bagian itu disebut sudah menghelat tujuh pemilu, dan menjadi region di mana Perdana Menteri Narendra Modi meraup suara kecil.
Modi mendapat kritikan karena dia terus menggelar kampanye masif, meski gelombang kedua virus corona mulai mewabah.
Koresponden BBC di sana, Amitabha Bhattasali mengungkapkan kebanyakan peserta kampanye tak memakai masker maupun menjaga jarak.
Baca juga: Cerita Mahasiswa Indonesia saat Tsunami Covid-19 India: Saya Tak Berani ke Laboratorium
Rumah sakit kini mulai kewalahan karena oksigen mulai habis dan krematorium bekerja tak kenal lelah mengkremasi jenazah korban.
Pada Rabu, total korban meninggal di "Negeri Bollywood" sudah mencapai 200.000, meski pakar yakin jumlah aslinya lebih dari itu.
Sementara pada Kamis ini, otoritas kesehatab setempat menyatakan 3.645 orang meninggal karena Covid-19.
Pemerintah pusat menyatakan, semua orang dewasa bakal mendapat vaksin pada 1 Mei, dengan pendaftaran dibuka pada 28 April.
Baca juga: Viral #ResignModi di Facebook di Tengah Tsunami Covid-19 India
Namun, banyak orang mengeluh mereka tidak mendapatkan jatah karena situs yang diluncurkan langsung rusak.
Sejauh ini, mereka sudah memvaksinasi tenaga kesehatan, pekerja di garda terdepan, dan orang dewasa di atas 45 tahun.
Namun jumlahnya kurang dari 10 persen total populasi, sehingga terjadi kekhawatiran bagaimana mereka bisa menyuntik mayoritas warganya.
Meski dikenal sebagai salah satu produsen terbesar vaksin, India tidak punya persediaan untuk menginokulasi 600 juta warganya.
Baca juga: Update Covid-19 di India: 3.645 Meninggal dalam 24 Jam Terakhir
AS pun mengulurkan bantuan, dengan menyatakan bakal mengalihkan sebagian simpanan vaksin AstraZeneca yang diyakini mencapai 20 juta dosis.
Epidemiolog Bhramar Mukherjee menyatakan, pemerintah harus menggabungkan vaksinasi lockdown skala luas untuk mencegah penularan.
Sejumlah tempat di India dilaporkan sudah menerapkan karantina wilayah, termasuk di ibu kota New Delhi.
Meski begitu, pemerintah Bengal Barat masih belum memberlakukan lockdown maupun jam malam.
Baca juga: AS Kirim Bantuan Covid-19 Senilai Rp 1,4 Triliun ke India
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.