KOMPAS.com - Nabi Muhammad SAW menyebarkan Al Quran secara bertahap dan bertahap dari tahun 610 hingga 632 M.
Bukti menunjukkan bahwa ahli Taurat menuliskan apa yang mereka dengar, ketika Nabi Muhammad membacakan wahyu itu.
Beberapa rekan Nabi mulai mengumpulkan semua "surat" yang telah diwartakan dengan cara tersebut ke dalam satu kitab.
Upaya ini menghasilkan sejumlah versi kitab suci milik "Sahabat" Nabi yang berbeda, versi yang kemudian dikenal sebagai "Naskah Sahabat".
Tak lama setelah Nabi Muhammad wafat, naskah tersebut menjadi populer diwartakan di berbagai bagian negeri Muslim.
Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Raja Abyssinia, Seorang Kristiani yang Lindungi Kaum Muslim dari Aniaya
Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad selama 23 tahun, dari usia 40 hingga kematiannya pada usia 63. Selama kurun waktu itu, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Tuhan dalam sejumlah cara.
Paling sering, itu diucapkan kepadanya secara langsung oleh Malaikat Jibril. Tetapi di lain waktu itu datang selama mimpinya, dan pada beberapa kesempatan, itu bahkan datang kepadanya langsung dari Tuhan.
Selama 23 tahun itu, Nabi Muhammad berusaha untuk membagikan wahyu dengan orang-orang di sekitarnya segera setelah wahyu itu datang.
Dia melakukan ini secara lisan. Tetapi dia sangat mendorong orang lain di sekitarnya untuk menuliskan wahyu, serta menghafalnya.
Ini adalah dasar bagaimana umat Islam percaya bahwa Al Quran dilestarikan, tidak hanya melalui sarana tertulis atau lisan, tetapi dengan keduanya memperkuat satu sama lain.
Sahabat-sahabat di sekitar Nabi terus-menerus berusaha menghafal ayat-ayat tersebut, dengan banyak yang akhirnya menghafal seluruh kitab, dan secara bersamaan menulis ayat-ayat ini.
Seiring waktu, setidaknya 65 sahabat menjadi juru tulis untuk Nabi Muhammad, yang akhirnya mendirikan sekolah di Madinah yang didedikasikan untuk mengajar 900 sahabatnya membaca dan menulis.
Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Meneladani Sifat Umar bin Khattab
Naskah Sahabat sangat mirip. Misalnya, urutan ayat-ayat dalam surat-surat itu sama, dan begitu pula sebagian besar kata-kata dalam ayat-ayat itu.
Meskipun demikian, beberapa kata dan frasa berbeda. Perbedaan mencerminkan transmisi dari wahyu yang disampaikan secara lisan menjadi teks tulisan.
Perbedaan-perbedaan ini terkadang memengaruhi makna, tetapi tidak mengubah ide-ide dasar Al Quran.