Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Regulator Brasil Tolak Impor 30 Juta Dosis Vaksin Sputnik, Rusia Protes

Kompas.com - 28/04/2021, 08:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Regulator kesehatan Brasil menolak permintaan beberapa negara bagian untuk mengimpor hampir 30 juta dosis vaksin Sputnik V Rusia. Masalah keamanan disebut menjadi alasan kebijakan itu.

Keputusan ini menimbulkan reaksi keras dari Rusia, yang langsung melontarkan kritik kepada regulator “Negeri Samba.”

Baca juga: Dibanjiri Kritik karena Beli Vaksin Sputnik V, PM Slowakia Mengundurkan Diri

Dewan Badan Pengatur Kesehatan Brasil yang beranggotakan lima orang dengan suara bulat memutuskan Senin malam (26/4/2021), bahwa kurang ada data yang konsisten dan dapat dipercaya, untuk menyetujui permintaan dari 10 negara bagian, menurut sebuah pernyataan melansir AP.

Empat negara bagian dan dua kota lainnya juga telah meminta izin untuk mengimpor vaksin.

Badan tersebut, yang dikenal sebagai Anvisa, mengatakan ada kesalahan dalam semua studi klinis pengembangan vaksin Sputnik V, serta data tidak tersedia atau tidak cukup.

Menurut Anvisa, analisis menunjukkan bahwa “adenovirus” yang menjadi dasar vaksin Sputnik V memiliki kapasitas untuk bereplikasi. Ini dapat menyebabkan penyakit atau kematian, terutama di antara mereka yang memiliki kekebalan rendah atau masalah pernapasan.

“Kami tidak akan pernah mengizinkan, tanpa bukti yang diperlukan, jutaan orang Brasil terpapar produk tanpa bukti kualitas, keamanan, dan kemanjurannya atau, setidaknya, dalam menghadapi situasi gawat yang kita jalani sekarang, demi masalah dampak atau manfaat," kata presiden Anvisa Antônio Barra Torres dalam pernyataannya.

Dana Rusia yang mengawasi pemasaran vaksin secara global membantah klaim tersebut.

Baca juga: Survei YouGov: Rusia Produsen Vaksin Tepercaya, Sputnik V Paling Dikenal

Keputusan Anvisa tidak memengaruhi permintaan terpisah dari perusahaan Brasil Uniao Quimica untuk otorisasi penggunaan darurat Sputnik V yang diproduksi secara lokal, menurut pernyataan yang dikirim melalui email dari kantor pers Anvisa.

Namun, itu menjadi pukulan bagi upaya Rusia untuk mempromosikan vaksinnya di seluruh dunia. Ekspornya telah membantu “Negara Beruang Putih” mendapatkan kembali pijakan diplomatik, di negara-negara yang hubungan telah merosot.

"Kami membutuhkan informasi tambahan tentang apa arti kekurangan (data) ini, karena sudah ada lebih dari cukup data," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam briefing harian.

“Kontak (dengan Brasil) akan terus berlanjut. Kalau ada yang kurang datanya akan disediakan,” imbuhnya.

Dana Investasi Langsung Rusia mengatakan dalam pernyataan tiga halaman bahwa "tidak ada adenovirus yang kompeten bereplikasi pernah ditemukan dalam vaksin Sputnik V."

Kritiknya juga lebih tajam, menyebut keputusan Anvisa dinilai "bersifat politis dan tidak ada hubungannya dengan akses regulator ke informasi atau ilmu pengetahuan." Sebab lusinan regulator kesehatan nasional telah menyetujui Sputnik V.

Baca juga: Polemik Vaksin Sputnik V, Produsen Tuntut Uni Eropa karena Kasus Ini

Badan tersebut merujuk pada laporan tahunan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS pada 2020. Dinyatakan bahwa dalam bagian berjudul "Memerangi pengaruh jahat di Amerika," mereka telah meyakinkan Brasil untuk tidak membeli vaksin Covid-19 Rusia.

Kedutaan Besar AS di Brasil membantah melakukan tekanan terkait vaksin, yang disetujui oleh regulator kesehatan Brasil. Kementerian luar negeri Brasil menolak untuk dihubungi.

Daniel Dourado, seorang dokter dan pengacara Brasil yang merupakan peneliti di Universitas Sao Paulo, mengatakan di Twitter bahwa dia meragukan politik memainkan peran apa pun dalam keputusan Anvisa.

Sebab hal itu akan mengharuskan direkturnya berbohong dalam analisis mereka. Dia menambahkan, meski dapat dipahami jika gubernur negara bagian buru-buru, Anvisa benar memenuhi tugasnya.

Brasil belum memenuhi target program vaksinasi massal yang dibanggakan dalam pandemi ini. Kementerian Kesehatan Brasil mengabaikan peluang awal untuk membeli vaksin sehingga menghadapi kekurangan dosis vaksin domestik.

Negara ini memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia, dan akan melampaui angka 400.000 kematian minggu ini. Mayoritas dari penghitungan yang mengejutkan itu terjadi hanya dalam empat bulan terakhir.

Baca juga: Rusia dan Austria Sepakat Bahas Pengiriman dan Produksi Vaksin Sputnik V

Salah satu direktur Anvisa, Cristiane Rose Jourdan Gomes, mengakui sensitivitas keputusannya, karena menyediakan berbagai vaksin merupakan prioritas dalam memerangi Covid-19.

Ia berharap Sputnik V dapat membawa informasinya sesuai dengan kebutuhan.

Denise Garrett, wakil presiden Sabin Vaccine Institute yang mengadvokasi untuk memperluas akses vaksin global, dan juga orang Brasil, juga menyuarakan dukungan untuk Anvisa di Twitter.

“Tidak ada cara untuk menyetujui Sputnik V dengan informasi yang tersedia saat ini,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com