Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Mohamad Desak Raja Malaysia Cabut Darurat Nasional

Kompas.com - 21/04/2021, 09:49 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

PUTRAJAYA, KOMPAS.com – Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyampaikan petisi nasional ke Istana Negara, Kuala Lumpur, kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah, Selasa siang (20/04/2021).

Adapun petisi itu berisi desakan agar Sultan Abdullah mencabut darurat nasional yang diberlakukan di Malaysia sejak 12 Januari lalu.

Dengan dukungan 39.000 tanda tangan, Mahathir mengecam status darurat telah menjadikan "Negeri Jiran” menjadi kediktatoran.

Baca juga: WNI Hendak Bunuh Mahathir, Terlibat ISIS dan Akan Serang Menteri Lain Juga

The Straits Times mewartakan, politisi berjuluk Dr M itu memperingatkan status darurat melemahkan supremasi hukum, menghancurkan ekonomi Malaysia, dan merusak demokrasi.

“Suara rakyat disalurkan melalui parlemen, namun parlemen telah ditutup.”

Politisi senior berusia 95 tahun itu mencibir deklarasi darurat jelas upaya pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin untuk mempertahankan kekuasaannya, bukan untuk melawan pandemi Covid-19.

Mahathir juga mengatakan rakyat Malaysia terutama suku Melayu mulai menunjukan kemarahannya terhadap Sultan Abdullah, hal yang sangat langka di Malaysia di mana kritik terhadap Yang di-Pertuan Agong jarang muncul ke permukaan.

Kemarahan ini semakin menjadi-jadi di tengah beredarnya rumor bahwa Raja dari Pahang itu bersama keluarganya diam-diam menerima vaksin Sinopharm ketika berkunjung ke Uni Emirat Arab Januari lalu.

Menteri Kesehatan Malaysia telah membantah rumor tersebut.

Baca juga: Polisi Malaysia Tangkap WNI yang Hendak Bunuh Mahathir Mohamad

Motif Politik atau Lawan Covid-19

Status darurat nasional Malaysia akan berlangsung hingga 1 Agustus mendatang dengan tujuan menangani lonjakan kasus Covid-19 yang semakin meninggi.

Sultan Abdullah dapat mencabut keadaan darurat jika penyebaran kasus virus corona dinilai sudah terkendali.

Namun di samping tujuan menangani virus corona, darurat nasional Malaysia ditengarai juga bermotif politik.

Sebab, deklarasi darurat nasional ini membekukan parlemen. PM Muhyiddin memiliki kewenangan untuk memerintah dengan dekrit tanpa memerlukan persetujuan parlemen untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya.

Pembekuan parlemen juga menguntungkan Muhyiddin karena mayoritas sangat tipis yang dipegangnya.

Baca juga: Ada yang Mencoba Membunuh Mahathir, PM Malaysia Muhyiddin Jadi Sorotan

Koalisi Perikatan Nasional pimpinan Muhyiddin saat ini mengontrol 112 dari 220 kursi Dewan Rakyat.

Instabilitas politik yang telah mendera Malaysia sejak Muhyiddin berkuasa 1 Maret 2020 lalu membuat pemerintahan Muhyiddin rawan jatuh kapanpun.

Oposisi Pakatan Harapan telah berkali-kali mengajukan mosi tak percaya yang tidak digubris oleh Ketua Parlemen.

Hubungan Muhyiddin yang semakin memburuk dengan mitra koalisinya Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) juga menjadi pertimbangan.

UMNO telah memutuskan akan mengakhiri pernikahan politik dengan Perikatan Nasional ketika parlemen dibubarkan untuk pemilu dini.

Kabar terakhir menyebutkan UMNO mempertimbangkan mempercepat pencabutan dukungan terhadap Muhyiddin yang berarti mayoritas Muhyiddin akan lenyap dari tangannya.

Muhyiddin sendiri telah berjanji akan membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini setelah status darurat nasional dicabut.

Baca juga: Polisi Malaysia Tangkap Pria yang Hendak Membunuh Mahathir Mohamad

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Global
Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com