Sebaliknya, dia marah tentang penggunaan kekerasan yang meningkat secara "brutal." Bahkan ayahnya yang berusia 70 tahun terluka saat lari dari peluru karet.
"Saya sangat kecewa dan sedih. Ayah saya pergi ke gerombolan itu sendirian (pada Sabtu) ... dia melukai dirinya sendiri. Dia terjatuh," katanya kepada AFP.
Wanita 26 tahun itu menambahkan bahwa ayahnya telah mengambil bagian dalam demonstrasi pro-demokrasi sejak 1973. Saat itu pemberontakan mahasiswa besar-besaran juga terjadi melawan seorang diktator militer.
Fakta "dia masih perlu melakukannya (hari ini) menunjukkan Thailand tidak ke mana-mana," kata Chanaradee. Bedanya, kata dia, unjuk rasa kali ini yang berada dalam gerakan pro-demokrasi saat ini dapat berbicara tentang reformasi kerajaan.
"Kami membuat kemajuan. Penting agar kami tetap berharap."
Baca juga: RUU Amendemen Konstitusi Thailand Dibatalkan Parlemen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.