Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand dan Vietnam Bersiap Evakuasi Warga Negaranya dari Myanmar

Kompas.com - 06/03/2021, 18:34 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Bernama

BANGKOK, KOMPAS.com - Thailand mulai menyusun rencana evakuasi warga negaranya yang masih berada di Myanmar.

Rencana ini dibuat menyusul eskalasi kekerasan yang menewaskan 38 orang pada Rabu (3/3/2021), ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa.

“Pemerintah Thailand telah mengatur dua penerbangan charter pada 12 dan 16 Maret untuk membawa pulang warganya,” menurut pengumuman Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di Yangon dalam halaman halaman Facebook resminya pada Jumat (5/3/2021) melansir Bernama.

Negara-negara lain juga mempersiapkan penerbangan repatriasi untuk membawa pulang warganya dari negara yang dilanda protes tersebut.

Vietnam juga telah mengatur dua penerbangan charter pada 11 Maret untuk membawa pulang 390 warganya dari Myanmar.

Baca juga: Puluhan Polisi Myanmar Kabur ke India Menentang Perintah Tembaki Masyarakat Sipil

Media Vietnam merinci, kedua penerbangan akan dioperasikan oleh maskapai penerbangan nasional Vietnam Airlines.

Penerbangan akan meninggalkan Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi pada Kamis pagi dan menuju ke Yangon di mana 390 warga Vietnam sedang menunggu pemulangan, menurut sumber yang dekat dengan surat kabar Tuoi Tre.

Penerbangan pertama meninggalkan Hanoi pada 09:00 untuk menjemput 195 warga Vietnam di Yangon. Rombongan diperkirakan mendarat di kota Da Nang di Vietnam pada pukul 15:10 di hari yang sama.

Penerbangan kedua meninggalkan Hanoi pada 10:00 dan diperkirakan akan mendarat di Kota Da Nang dengan tambahan 195 warga Vietnam pada 16:10 waktu setempat.

Kedutaan Besar Vietnam di Myanmar pada Rabu mengumumkan telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan otoritas terkait lainnya untuk mengatur penerbangan repatriasi.

Ruang di atas dua penerbangan terbatas pada warga Vietnam yang menghadapi keadaan yang sangat sulit dan mendesak di Myanmar.

Perwakilan dari Vietnam Airlines menyatakan tindakan pencegahan dan pengendalian Covid-19 yang ketat akan diambil dalam penerbangan.

Penumpang sebelumnya diharuskan mengisi pernyataan kesehatan secara online dan mengenakan masker wajah serta pakaian pelindung selama proses repatriasi.

Baca juga: Beredar Video Aparat Myanmar Paksa Paramedis Berlutut sebelum Dipukuli

Sementara Singapura pada Kamis (4/3/2021) menyarankan warganya di Myanmar untuk meninggalkan negara itu dengan penerbangan komersial, jika cara itu masih mungkin dilakukan.

Militer Myanmar melancarkan kudeta pada pagi 1 Februari, beberapa jam sebelum Parlemen terpilih dalam resmi menduduki jabatannya. Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya juga ditahan pada hari yang sama.

Junta juga telah mengumumkan keadaan darurat satu tahun. Mereka berjanji untuk "mengambil tindakan" terhadap dugaan penipuan pemilih selama pemilihan umum 8 November, yang dimenangkan oleh partai NLD secara mutlak.

Baca juga: Suster yang Berlutut di Depan Militer Myanmar Siap Mati demi Lindungi Demonstran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com