Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diblokir Facebook dan Instagram, Militer Myanmar Sampaikan Ancaman Kematian di TikTok

Kompas.com - 04/03/2021, 08:17 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

NAYPYIDAY, KOMPAS.com - TikTok didesak mengambil tindakan atas ratusan video ancaman kekerasan yang membanjiri platform milik perusahaan China tersebut.

Melansir Guardian pada Rabu (3/3/2021), sejumlah video memperlihatkan pria berseragam militer yang mengancam akan membunuh pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar, kadang-kadang sambil mengacungkan senjata.

Polisi dan tentara Myanmar telah dikecam secara luas karena menggunakan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai. Demonstrasi massa Myanmar sudah berlangsung selama beberapa pekan terakhir yang menyerukan kembalinya demokrasi.

Pada Rabu (3/3/2021), sedikitnya 38 orang tewas akibat tembakan peluru tajam aparat kepolisian di beberapa kota, menurut laporan PBB. Demonstrasi kemarin menjadi hari paling berdarah sepanjang unjuk rasa melawan kudeta militer Myanmar.

Sementara petugas telah berulang kali menggunakan kekerasan untuk mencoba menghancurkan protes, pria berpakaian tentara dan seragam polisi menggunakan TikTok untuk mengancam publik.

Video itu tetap tersebar di Myanmar meskipun pedoman aplikasi media sosial milik China melarang hasutan untuk melakukan kekerasan.

Dalam satu video, seorang pria bertopeng menggunakan seragam militer lengkap menyebut pendukung pemimpin demokrasi yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, sebagai "bajingan merah."

Dia mengacu pada warna partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). “Jangan sentuh Jenderal Min Aung Hlaing. Ini akan mengorbankan nyawa Anda. Dengar? Anda akan mati," serunya dalam video itu.

Video yang diunggah pada 13 Februari itu telah ditonton lebih dari 180.000 kali. Itu tetap online pada Rabu (3/3/2021).

Video lain lebih eksplisit. Pengguna @Yekoko119 pada 27 Februari mengancam akan menembak dan melempar granat ke arah pendukung NLD. Oknum dalam video menyebut "yang berkumpul dalam kelompok untuk memprotes (militer Myanmar) kurang ajar, dan semua bisa mati.”

Baca juga: 38 Orang Tewas dalam Demo Myanmar: Ini Mengerikan, Ini Pembantaian

Htaike Htaike Aung, direktur eksekutif di Myanmar ICT for Development Organisation, sebuah kelompok hak digital yang berbasis di Yangon, mengatakan dia telah melihat lebih dari 800 video pro-militer selama beberapa pekan terakhir yang menampilkan lagu yang mengancam pengunjuk rasa.

Lagu tersebut mengadaptasi kata-kata dari nyanyian protes yang populer - “taktik militer diberikan oleh Aung San tidak untuk digunakan untuk membunuh orang.” Tapi video ancaman tersebut mengubah lirik yang menyatakan bahwa militer dapat menembak orang.

Lagu, yang tersedia di kotak suara TikTok, telah dihapus. Video terkait juga telah hilang, meskipun tidak jelas apakah itu dihapus oleh tim moderasi aplikasi atau tidak. “Soundtrack khusus ini hanyalah puncak gunung es,” tambah Htaike Htaike Aung.

Satu video yang dilihat oleh Guardian, diunggah oleh pengguna dengan nama akun Ye Ye, menampilkan seorang pria berpakaian seragam dan memegang senjata, dengan tentara lain di latar belakang.

“Ini bukan permainan di mana Anda bisa sembuh setelah ditembak. Ini adalah peringatan sopan bagi para pengunjuk rasa. Hati-hati, apa pun yang Anda lakukan,” ancamnya dalam video yang diunggah 21 Februari, sejauh ini telah ditonton 37.200 kali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com