Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Biden dan Raja Salman Membahas Diakhirinya Perang Yaman

Kompas.com - 26/02/2021, 09:13 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membahas beberapa isu hak asasi manusia bersama Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, menyerukan diplomasi dan menghentikan perang di Yaman, Kamis (25/2/2021).

Melalui panggilan telepon, Presiden Biden juga memuji pembebasan aktivis HAM Al Hathloul yang terkemuka, yang mengadvokasi hak perempuan Saudi untuk mengemudi di Arab Saudi pada 10 Februari.

Al Hathloul telah ditahan hampir 3 tahun, lapor Aljazeera.

Baca juga: Joe Biden Tekankan ke Raja Salman Kerja Sama Bilateral Kuat dan Transparan

Untuk pertama kalinya, Biden berbicara dengan Raja Salman ketika AS bersiap merilis laporan tentang pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi pada 2018.

Biden menekankan komitmen AS soal keamanan Arab Saudi dari ancaman Iran dan membahas upaya diplomatik baru untuk mengakhiri perang di Yaman, ungkap keterangan rilis dari Gedung Putih.

Biden dan Raja Salman membahas "kemitraan jangka panjang antara AS dan Arab Saudi" serta "komitmen AS untuk membantu Arab Saudi mempertahankan wilayahnya saat menghadapi serangan dari kelompok-kelompok yang berpihak pada Iran", ungkap keterangan tersebut.

Baca juga: Joe Biden Akan Segera Berbicara dengan Raja Salman dan Rilis Laporan Intelijen Pembunuhan Khashoggi

Sementara kantor berita Saudi Press Agency melaporkan bahwa Raja Salman dan Presiden AS menekankan kedalaman hubungan kedua negara dan memperkuat kerja sama mereka untuk mencapai keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia.

Pemerintahan AS di bawah Biden memiliki sikap yang lebih tegas terhadap Arab Saudi dibandingkan pemerintahan sebelumnya di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Biden mendorong agar perang saudara di Yaman dapat diakhiri dan juga berharap agar Arab Saudi mau mengaku HAM lebih besar di kerajaan.

Baca juga: Arab Saudi Sekarang Izinkan Wanita Bergabung dalam Militer

Sebelumnya pada 4 Februari, Presiden Biden mengumumkan bahwa akan menghentikan dukungan militer AS untuk kampanye militer yang dipimpin Saudi di Yaman yang dinilai salah karena menargetkan warga sipil dan menyebabkan krisis kemanusiaan.

Biden bahkan menunjuk diplomat AS Timothy Lenderking sebagai utusan khusus untuk konflik Yaman dan mencabut label teroris terhadap Houthi.

Biden juga telah membekukan sementara penjualan jet tempur canggih F-35 ke Uni Emirat Arab dan amunisi berpemandu presisi ke Arab Saudi menunggu peninjauan.

Melalui percakapan telepon pada Kamis dengan raja Saudi, Biden berjanji untuk "bekerja untuk membuat hubungan bilateral sekuat dan setransparan mungkin", ungkap Gedung Putih.

Baca juga: Arab Saudi Larang Penanaman Pohon Palem di Seluruh Wilayah Kerajaan, Kenapa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com