Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu China: Perlakuan pada Minoritas Uighur di Xinjiang “Contoh Cemerlang” Penegakan HAM

Kompas.com - 22/02/2021, 23:58 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengklaim perlakuan Beijing terhadap etnis minoritas di Xinjiang dan Tibet adalah "contoh cemerlang" dari kemajuan hak asasi manusia negaranya.

Hal itu disampaikan pada Senin (22/2/2021), tepat ketika negara-negara lain mempertimbangkan tindakan atas penindasannya terhadap Uighur.

Kelompok hak asasi manusia meyakini setidaknya satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya dipenjara di kamp-kamp di wilayah barat laut Xinjiang.

Pemerintah China juga dituduh mensterilkan secara paksa wanita dan memberlakukan rezim kerja paksa mereka di sana.

Setelah awalnya menyangkal keberadaan kamp, Beijing kemudian berdalih tempat itu sebagai pusat pelatihan kejuruan. Tujuannya untuk mengurangi daya tarik ekstremisme Islam.

Baca juga: Surat SOS Tahanan di Uighur China sampai di AS Bocorkan Praktik Kerja Paksa dan Penyiksaan yang Belum Berakhir

"Tempat-tempat yang dihuni oleh etnis minoritas, seperti Xinjiang dan Tibet, telah menjadi contoh cemerlang kemajuan hak asasi manusia China," kata Wang pada sebuah forum tentang hubungan Amerika Serikat (AS) dan China di Beijing.

Wang berpidato ketika politisi di negara-negara termasuk AS mengutuk penahanan minoritas China di Xinjiang. Beberapa jam sebelum dia dijadwalkan untuk berpidato di sesi Dewan Hak Asasi Manusia tahunan PBB.

Menlu China dijadwalkan berpidato di depan badan PBB tersebut melalui video link pada Senin (22/2/2021) melansir AFP.

Menurut seorang juru bicara kementerian luar negeri China, Wang disebut akan "berbagi filosofi, praktik dan pengalaman China dalam melindungi hak asasi manusia" dalam pidatonya di depan dewan PBB.

Baca juga: China Blokir BBC karena Tayangkan Penyiksaan Uighur di Xinjiang

Tetapi Departemen Luar Negeri AS mengatakan tindakan China di Xinjiang sama dengan genosida. Sementara Kanada mempertimbangkan deklarasi serupa.

Kelompok hak asasi manusia dan aktivis melaporkan orang Tibet juga menderita pembatasan keras terhadap agama dan budaya mereka di bawah pemerintahan China.

Terjadi pembongkaran biara, dan puncaknya beberapa warga Tibet membakar dirinya sendiri sebagai bentuk protes dalam beberapa tahun terakhir.

Wartawan dilarang melaporkan secara independen di Tibet. Beijing bersikeras telah membawa pembangunan ke wilayah yang sebelumnya terbelakang itu.

Wang pada Senin (22/2/2021) mengatakan China "selalu berkomitmen" melindungi hak asasi manusia.

Pemerintah “Negeri Tirai Bambu” menekankan pertumbuhan PDB per kapita dan harapan hidup di wilayah tersebut sebagai bukti bahwa HAM sedang dijaga.

"Kami percaya bahwa hak untuk bertahan hidup dan pembangunan adalah hak asasi manusia yang paling penting," kata Wang.

Baca juga: AS Tuntut Penyelidikan Internasional Pemerkosaan Sistematis terhadap Etnis Minoritas Uighur

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com