Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Desak Junta Militer Myanmar Serahkan Kekuasaan Setelah Seorang Demonstran Tewas

Kompas.com - 20/02/2021, 17:09 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS mendesak junta militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan menyerahkan kekuasaan, setelah seorang demonstran tewas.

Warga negara di Asia Tenggara itu mengalami pembangkangan, buntut kudeta dan penangkapan pemimpin sipil pada 1 Februari lalu.

Demonstrasi yang terjadi di hampir seluruh wilayah direspons aparat dengan menembakkan meriam air, gas air mata, dan peluru karet.

Baca juga: Demonstran Penentang Kudeta Myanmar yang Ditembak di Kepala Tewas di Rumah Sakit

Bentrokan antara demonstran dengan pasukan keamanan menuai kecaman dari sejumlah negara, tak terkecuali "Negeri Uncle Sam".

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken disebut menggelar pembicaraan dengan sekutu untuk menekan junta militer Myanmar.

"Kami mengulangi seruan kami ke militer Burma untuk menghentikan segala kekerasan terhadap aksi protes damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price.

Pernyataan Price terjadi setelah dokter di ibu kota Naypyidaw menyatakan pengunjuk rasa yang ditembak pekan lalu telah tewas.

Mya Thwate Thwate Khaing, yang genap berusia 20 tahun pada Kamis (18/2/2021), ditembak di kepala dalam sebuah unjuk rasa.

Gadis itu kemudian menjadi simbol perlawanan, dengan fotonya dijadikan spanduk atau mural oleh para pengunjuk rasa.

Baca juga: Kudeta Myanmar telah Telan 1 Korban Tewas, Seorang Remaja Penjaga Toko

"Kami akan menyambutmu sebagai martir," demikian keterangan pada unggahan di media sosial. "Kami akan membalaskan kematianmu," lanjutnya.

Momen peringatan dibentuk di Yangon, di mana publik meletakkan bunga dan membuat pesan bagi Mya Thwate Thwate Khaing.

Saudara Mya, Poh Poh kepada awak media menyerukan kepada seluruh warga untuk ikut dalam aksi protes. "Hanya itu yang saya minta."

Ratusan ditahan

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik dikutip AFP Sabtu (20/2/2021) menyatakan, hampir 550 orang ditahan sejak kudeta terjadi.

Mereka yang ditahan terdiri dari karyawan kereta api, pegawai negeri sipil, hingga staf bank yang meninggalkan pekerjaannya dan ikut dalam demonstrasi.

Baca juga: Pembangkangan Sipil Myanmar Meningkat, Gerakan Mobil Mogok” Blokade Jalan-jalan

Junta militer berusaha memberangus pergerakan itu dengan menutup internet yang kini sudah memasuki hari keenam.

Grup pemantau Netblocks melaporkan, situs Wikipedia diblokir di Myanmar, menyusul situs lain seperti Facebook maupun layanan media sosial lainnya.

Tatmadaw, nama kantor militer Myanmar, membenarkan kudeta mereka berdasarkan hasil pemilihan pada November 2020.

Junta menuding Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi melakukan kecurangan saat menang besar.

Namun, aksi Tatmadaw malah menjadi bumerang setelah AS dan negara Barat seperti Inggris dan Kanada menggulirkan sanksi bagi para jenderal.

Baca juga: Menlu Singapura Tolak Beri Sanksi Luas ke Myanmar meski Sadar Kondisi Mengkhawatirkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com