Putin mengatakan, manusia bisa membangun tentara yang bertempur tanpa rasa takut, tanpa penyesalan dan tanpa merasakan sakit.
Kembali ke China, mantan direktur badan intelijen nasional (DNI), John Ratcliffe, secara terang-terangan menuduh China sedang membangun tentara dengan kemampuan di atas manusia normal.
"China melakukan percobaan terhadap anggota Tentara Pembebasan Rakyat dengan harapan mengembangkan tentara dengan kemampuan biologis yang jauh lebih andal. Dalam ambisi ini, Beijing tak memedulikan hal-hal yang bersifat etis," kata Ratcliffe dalam tulisan di The Wall Street Journal.
Pemerintah di Beijing menggambarkan tulisan Ratcliffe sebagai "tak lebih dari kebohongan semata".
Tentu banyak yang berambisi punya tentara super, tentara yang tahan sakit, tahan suhu dingin atau tetap bugar meski tak tidur.
Namun, seperti terlihat dalam proyek Iron Man yang dikembangkan AS, kendala praktis sering kali membuat program militer tak bisa diwujudkan sesuai harapan.
Pada 2019, terbit tulisan akademis soal militer China "yang aktif mengeksplorasi teknik modifikasi genetika untuk membangun tentara super".
Disebutkan pula China "mengeksplorasi kemungkinan mengembangkan seragam canggih dan kolaborasi antara manusia dan mesin".
Baca juga: China Blokir Siaran BBC karena Terbitkan Laporan Penganiayaan Uighur
Tulisan ini disusun sebagian besar mendasarkan pada pendapat pakar strategi China.
Namun, salah seorang penulis artikel tersebut, Elsa Kania, juga mengungkap hal lain.
"Memang penting mendiskusikan mengapa militer China membahas dan ingin mewujudkan ambisi mereka, tetapi penting juga untuk mengakui kesenjangan antara ambisi dan kemampuan teknologi mereka secara riil," kata Kania.
Ia menjelaskan militer di seluruh dunia punya ketertarikan yang besar soal kemungkinan manusia membangun tentara super.
Namun pada akhirnya semua tersadarkan oleh kenyataan bahwa sains juga punya keterbatasan, yang membuat ambisi membangun tentara super, tak bisa diwujudkan.
Dr Helen O'Neill, pakar genetika molekuler dari University College London, Inggris, berpendapat, pertanyaannya bukan soal apakah pengembangangan tentara super dimungkinkan atau tidak, tetapi lebih ke apakah para saintis mau menggunakan teknologi yang tersedia.
Baca juga: Ketika Joe Biden Khawatir Makan Siang Amerika Bakal Disantap China...
Ia mengatakan, teknologi yang dimaksud, penyuntingan genom dan kombinasinya dengan metode reproduksi berbantu (assisted reproduction), sudah semakin sering diterapkan di bidang transgenik dan pertanian.