KABUL, KOMPAS.com - Serangan Taliban di ibu kota Afghanistan, Kabul dilaporkan mengalami peningkatan di pengujung tahun 2020.
Sejumlah serangan mematikan diyakini menargetkan pejabat pemerintah, pemimpin masyarakat sipil dan jurnalis, menurut laporan oleh badan pengawas AS melansir AP pada Senin (1/2/2021).
Laporan ini diterbitkan ketika pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) tengah meninjau perjanjian perdamaian antara AS dan Taliban, yang ditandatangani Februari lalu di bawah Presiden AS Donald Trump.
Menurut laporan itu, serangan yang diprakarsai Taliban di Afghanistan sedikit menurun selama kuartal terakhir 2020 (Oktober-Desember) dibandingkan pada kuartal tiga (Juli-September).
Tetapi jumlah serangan di kuartal akhir 2020 itu ternyata masih melebihi serangan pada periode yang sama pada 2019, menurut data pasukan AS di Afghanistan.
Taliban melancarkan gelombang serangan di Afghanistan pada Desember. Serangan di Baghlan utara dan provinsi Uruzgan selatan selama periode dua hari, menewaskan 19 anggota pasukan keamanan Afghanistan.
Di Kabul, sebuah bom pinggir jalan menghantam sebuah kendaraan, melukai dua orang. Seorang pengacara yang menjadi target juga tewas ditembak.
Baca juga: Taliban Tuduh AS Hancurkan Rumah dan Bunuh Warga Sipil di Afghanistan
Resolute Support, Misi NATO di Afghanistan, melaporkan ada 2.586 korban sipil dari awal Oktober hingga akhir Desember tahun lalu. Termasuk 810 tewas dan 1.776 luka-luka.
Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) juga melaporkan proporsi korban yang disebabkan oleh peledak rakitan.
Diketahui jumlahnya meningkat hampir 17 persen dalam tiga bulan terakhir 2020. Hal itu seiring dengan peningkatan IED yang dipasang secara magnetis atau serangan "bom tempel".
Meskipun kekerasan terus berlangsung, korban di seluruh Afghanistan pada kuartal terakhir 2020 menurun 14 persen, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Namun, jumlah korban itu terbilang tinggi untuk periode musim dingin, ketika pertempuran biasanya sudah mereda.
AS telah menjadi pendukung utama pemerintah Afghanistan sejak menginvasi negara itu tak lama setelah serangan 11 September 2001. Taliban yang menjalankan negara dan menyembunyikan pemimpin al-Qaida Osama bin Laden, kemudian digulingkan.
SIGAR dalam hal ini memantau dana yang dihabiskan AS di Afghanistan yang dilanda perang. AS disebut menghabiskan sekitar 4 miliar dollar AS (Rp 56 triliun) setahun untuk membantu pasukan keamanan Afghanistan.
Militer AS mengatakan awal bulan ini telah mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan menjadi sekitar 2.500 sesuai target. Komandan senior AS skeptis terhadap komitmen yang dinyatakan Taliban untuk perdamaian. Tapi menyatakan dapat menyelesaikan misi mereka di Afghanistan dengan jumlah pasukan itu.
“Seiring dengan berkurangnya badan-badan AS di negara itu, akan menjadi lebih penting bahwa AS dan donor lainnya melakukan pengawasan yang agresif dan efektif terhadap dana dan programnya,” kata Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan John F Sopko.
Baca juga: Pemimpin Taliban Minta Komandan Kelompoknya untuk Kurangi Poligami agar Tidak Diejek Musuh