Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Varian Baru Virus Corona Belum Terdeteksi di Indonesia

Kompas.com - 30/12/2020, 19:57 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Sementara, negara tetangga Indonesia, seperti Singapura, juga beberapa negara Asia seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang sudah mendeteksi varian baru virus corona itu.

Mutasi baru ini telah terdeteksi di banyak negara Eropa, Kanada, Korea Selatan dan juga India.

Mutasi Covid-19 ini disebutkan para ilmuwan menular secara lebih cepat, namun tidak ada bukti yang menunjukkan menyebabkan sakit yang lebih parah pada mereka yang terjangkit.

Walaupun belum terdeteksi di Indonesia, bukan berarti varian baru virus corona belum masuk ke Indonesia, menurut ahli virus Sidrotun Naim.

Ia menyorot kapasitas Indonesia yang terbatas dalam mendeteksi mutasi virus corona melalui whole-genome sequencing atau pengurutan gen virus secara menyeluruh.

"Apakah Indonesia ada atau belum varian itu, kita tidak bisa bilang ada atau tidak. Yang jelas datanya kita tidak punya karena kita tidak melakukan sequencing (pengurutan DNA varian baru)," kata Sidrotun.

"Bagaimana bisa tahu keberadaanya, ya harus dilakukan sequencing memang. Misalnya untuk saat ini sedang banyak penularan di Jakarta, coba itu di sequence sudah ada (varian baru virus corona) atau belum," kata Sidrotun.

Proses mengetahui adanya varian baru virus corona ini, kata Sidrotun Naim, terkendala karena memakan banyak biaya dan waktu.

Ia merujuk data genom virus corona yang dikumpulkan dari berbagai negara di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga Desember.

Dari sekitar 300.000 data, Indonesia baru melaporkan pengurutan genom 125 virus corona, baik secara utuh maupun parsial, dengan berdasarkan data terbaru pada Oktober.

Baca juga: Kasus Varian Baru Virus Corona Muncul di AS untuk Pertama Kali, Total 20 Negara Terjangkit

Meski Sidrotun memuji kemampuan Indonesia yang sudah meningkat pesat terkait pengujian genom virus, data itu menunjukan Indonesia masih di belakang negara tetangganya.

Malaysia, misalnya, sudah melaporkan 295 data dan Singapura dengan sekitar 1.500 data.

Sementara, setengah dari total data global, dilaporkan oleh Inggris.

Padahal, menurut Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Profesor Gunadi, Indonesia idealnya bisa melakukan pengurutan genom 3.000 virus, atau 1 persen dari semua data global.

Sejauh ini, UGM sudah mengurutkan genom 19 virus.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com