Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Seniman Melestarikan Bangunan Tua Bersejarah di Gaza

Kompas.com - 26/12/2020, 17:05 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

GAZA CITY, KOMPAS.com - Tembok bata megah yang berdebu dan retak di sekolah al-Kamalaia, Gaza, sudah berusia ratusan tahun.

Kini, bangunan itu direnovasi oleh sekelompok seniman dan relawan demi mengembalikan keindahan bangunan tua bersejarah tersebut.

Terletak di jantung kota Gaza, bangunan sekolah al-Kamalaia yang berdiri sejak era Mamluk adalah salah satu dari sejumlah bangunan bersejarah yang terbengkalai.

"Bangunan itu kondisinya sangat rusak dan menyedihkan, bahkan menjadi tempat pembuangan sampah," kata Abdullah al-Ruzzi, seorang seniman dan relawan.

Al-Ruzzi dan seniman lainnya meluncurkan program Mobaderoon atau inisiator, yang berupaya "menyelamatkan" rumah dan bangunan terbengkalai yang sudah berdiri sejak zaman Kesultanan Mamluk dan Kekaisaran Ottoman.

Baca juga: Sulitnya Kehidupan Penyandang Disabilitas di Jalur Gaza

Hampir 200 rumah bersejarah itu terancam dibongkar karena pembangunan kota yang baru.

“Kurangnya kesadaran masyarakat dan pertimbangan ekonomi oleh pemilik merupakan ancaman terbesar bagi bangunan sejarah ini,” kata Ahmed al-Astal, Direktur Iwan, Institut Sejarah dan Warisan Universitas Islam Gaza.

"Rumah-rumah ini adalah identitas kami, tetapi ketidaktahuan menyebabkannya hancur," imbuh Ahmed.

Jalur Gaza, yang kecil dan dipadati dua juta orang yang tinggal di kawasan seluas 300 kilometer persegi tersebut, membuat para ahli dan relawan khawatir struktur bangunan bersejarah itu akan hilang.

Pertumbuhan populasi, konflik Israel dan Hamas, telah berkontribusi pada penghapusan banyak tanda sejarah Gaza yang berasal dari 5.000 tahun lalu.

Salah satunya seperti buldoser Hamas yang telah menghancurkan sebagian besar pemukiman langka berusia 4.500 tahun dari Zaman Perunggu untuk dijadikan jalan bagi proyek perumahan.

Baca juga: Pemimpin Hamas Positif Covid-19, Kasus Virus Corona di Gaza Makin Meningkat

Arsitek dan para pekerja merenovasi sekolah al-Kamalaia di Gaza.DW Indonesia Arsitek dan para pekerja merenovasi sekolah al-Kamalaia di Gaza.

Tidak banyak upaya pelestarian

Mobaderoon adalah salah satu program dari sedikit organisasi yang berusaha melestarikan situs kuno di Gaza.

Upaya yang dilakukan biasanya terbatas ruang lingkup dan tidak memiliki rencana sistematis.

Tim membutuhkan waktu dua pekan untuk membuang sampah dari sekolah al-Kamalaia, yang namanya diambil nama Sultan Mamluk.

Setiap hari, remaja putra dan putri berkumpul di sana, menyapu lantai yang berdebu, menyikat batu bata dan jendela penyangga dengan bingkai kayu.

Setelah renovasi selesai, al-Ruzzi mengatakan tujuannya adalah untuk mengubah bangunan menjadi tempat kegiatan budaya dan seni karena fasilitas seperti itu hanya sedikit di Gaza.

Baca juga: Berselang Sepekan, Israel Kembali Serang Gaza

“Ini satu-satunya sekolah yang masih mempertahankan arsitekturnya, masih memiliki ruang kelas. Jelas bahwa sekolah ini digunakan sampai saat ini untuk pendidikan dan kegiatan menghafal Al-Qur'an karena berada di kota tua, "kata Jamal Abu Rida, Direktur Departemen Arkeologi di Kementerian Pariwisata Gaza.

Penduduk Gaza dilanda masalah keuangan, blokade Israel-Mesir, dan kini memerangi wabah virus corona.

Kampanye untuk melindungi situs warisan dan arkeologi bukanlah prioritas utama, tetapi tetap mendapat sambutan baik.

“Inisiatif ini sangat penting karena tujuannya untuk melestarikan warisan budaya,” kata al-Astal.

Beberapa blok dari sekolah, ada tim lain yang sedang mengerjakan renovasi Istana Ghussein, dinamai sesuai nama keluarga yang telah memilikinya selama 200 tahun.

Baca juga: Diserang Roket dari Gaza, Israel Balas Tembaki Pos-pos Hamas

Para pekerja mengikis batu bata untuk menghilangkan debu tebak, sementara lainnya melakukan pengukuran kusen pintu.

Pengerjaan rumah ini dimulai pada Agustus dan dijadwalkan selesai pada Januari mendatang.

"Terbengkalai cukup lama dan memiliki banyak retakan serta masalah lainnya,” kata Nashwa Ramlawi, arsitek yang memimpin restorasi.

“Tempat itu memiliki warisan dan nilai budaya yang bagus. Kami akan mendedikasikannya untuk melayani komunitas; pusat budaya, layanan, atau kegiatan sosial yang terbuka untuk semua orang," tuturnya.

Baca juga: PBB: Warga Gaza Mengais Sampah Demi Mendapatkan Makanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com