Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Moderat, Pohon dan Ornamen Natal Ramai Dijual di Toko Suvenir Arab Saudi

Kompas.com - 25/12/2020, 21:22 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

RIYADH, KOMPAS.com - Sejak putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menjanjikan Islam yang lebih 'terbuka dan moderat', perayaan Natal di "Negara Minyak" itu kian meriah.

Melansir Time of Israel, Senin (21/12/2020), perayaan Natal mencapai Arab Saudi sebagai 'tanda perubahan zaman'. Pohon Natal dan ornamen berkilauan banyak dijual di toko-toko suvenir Saudi.

Beberapa tahun terakhir, penjualan suvenir Natal meriah dan secara bertahap merayap ke ibu kota Riyadh, sebuah realisasi dari janji pangeran MBS yang ingin mengubah kerajaan Teluk yang konservatif itu menjadi negara Islam yang terbuka dan moderat.

Seorang penduduk Riyadh mengatakan kepada AFP, "Saya tak pernah membayangkan akan melihat ini," ujarnya mengacu pada pohon Natal, pakaian Sinterklas, serta ornamen Natal lainnya.

"Saya terkejut," kata warga yang menolak disebutkan namanya itu.

Baca juga: Pesan Natal Paus Fransiskus: Vaksin untuk Semua, Bekerja Sama Jangan Bersaing

Hingga hampir tiga tahun yang lalu, hampir tidak mungkin untuk menjual barang-barang semacam itu secara terbuka di Arab Saudi, tetapi pihak berwenang telah memotong kekuasaan para ulama yang telah lama terkenal karena menegakkan tradisi Islam yang konservatif.

Selama beberapa dekade, penjualan ornamen Natal sebagian besar dilakukan sembunyi-sembunyi, dan orang-orang Kristen dari Filipina, Lebanon, dan negara-negara lain merayakannya secara tertutup atau di wilayah khusus ekspatriat.

"Sangat sulit untuk menemukan barang-barang Natal seperti itu di kerajaan," kata Mary, seorang ekspatriat Lebanon yang berbasis di Riyadh.

“Banyak teman saya biasa membelinya dari Lebanon atau Suriah dan menyelundupkannya ke negara itu [Saudi],” katanya.

Pada 2018, di tengah upaya liberalisasi Pangeran MBS, otoritas bea cukai Saudi memperingatkan di Twitter bahwa pohon Natal dilarang memasuki negara itu.

Tapi twit tersebut, yang menuai ejekan tajam di media daring, tampaknya tidak dihiraukan.

Baca juga: Serangan Malam Natal Boko Haram Tewaskan 7 Orang di Desa Nigeria

Tak hanya Natal, pernak-pernik Halloween juga dijual. Semua itu, dianggap kaum konservatif sebagai tradisi Amerika yang menyimpang dari ajaran Islam.

Kerajaan Arab Saudi telah lama dituduh mengekspor doktrin Wahabi Sunni yang ultra-konservatif ke seluruh dunia, tetapi perlahan-lahan mendorong pertukaran antar-agama.

Dalam beberapa tahun terakhir, Saudi bahkan menjadi tuan rumah para pejabat yang terkait dengan Vatikan serta tokoh-tokoh Yahudi.

Pejabat lokal mengatakan buku pelajaran sekolah, yang dulu terkenal merendahkan orang Yahudi dan non-Muslim lainnya sebagai "babi" dan "kera," sedang direvisi sebagai bagian dari kampanye Pangeran MBS untuk memerangi ekstremisme dalam pendidikan.

Pewaris takhta Saudi itu telah mengekang pengaruh polisi agama yang dulu sangat kuat, karena dia mengizinkan konser musik campuran gender, bioskop, dan hiburan lainnya, tetapi kuil dan gereja masih dilarang.

Baca juga: Rangkuman Perayaan Natal di Dunia: Misa Vatikan Maju 2 Jam, Gereja Korsel Kosong

Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi kembali Arab Saudi di antara daftar negara yang masuk daftar hitam dalam hal kebebasan beragama.

Negara-negara yang masuk dalam daftar hitam itu dituduh terlibat atau menoleransi "pelanggaran sistematis, berkelanjutan, dan berat terhadap kebebasan beragama," berdasarkan Departemen Luar Negeri AS.

Bulan lalu, Pangeran MBS berjanji untuk menyerang ekstremisme dengan "tangan besi", setelah pemboman terhadap sekelompok diplomat Barat di pemakaman non-Muslim di kota Jeddah Laut Merah dan diklaim oleh kelompok Negara Islam ISIS.

Baca juga: Trump Sebut Vaksin Covid-19 Sebagai Keajaiban Natal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com