Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemiskinan Ekstrem Landa Pengungsi Suriah di Lebanon, Bagaimana Kondisinya?

Kompas.com - 19/12/2020, 17:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

BEIRUT, KOMPAS.com - PBB melaporkan bahwa sembilan dari 10 keluarga pengungsi Suriah di Lebanon hidup dalam kemiskinan ekstrem akibat krisis yang semakin parah di negara itu.

Laporan PBB menyatakan krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade sedang dialami Lebanon. Mata uang negara itu anjlok, harga melonjak, ada PHK besar-besaran, dan meningkatnya kemiskinan.

Ada kurang lebih 1,5 juta warga Suriah di penampungan Lebanon. Sekitar satu juta diantaranya telah terdaftar sebagai pengungsi di PBB.

Pada 4 Agustus, salah satu ledakan non-nuklir terbesar di dunia menghancurkan sebagian besar pelabuhan Beirut, dan menghancurkan sebagian besar ibu kota.

"Kemerosotan ekonomi, inflasi tajam, Covid-19 dan akhirnya ledakan Beirut telah mendorong komunitas yang rentan di Lebanon, termasuk pengungsi Suriah, ke tepi jurang kemiskinan," terang pernyataan PBB seperti dilansir AFP pada Jumat (19/12/2020)

Baca juga: Bank Dunia Peringatkan Perekonomian Lebanon yang Kian Terpuruk

Menurut survei badan pengungsi PBB UNHCR, Program Pangan Dunia, dan badan anak-anak PBB, 89 persen keluarga pengungsi Suriah di negara itu kini hidup dalam kemiskinan ekstrem. Naik dibanding kondisi tahun lalu yang sebesar 55 persen.

“Kenaikan tajam mencerminkan krisis yang semakin parah yang dihadapi para pengungsi Suriah di Lebanon," demikian pernyataan.

Lebih lanjut menurut laporan PBB, Pengungsi Suriah sekarang hidup dengan kurang dari 309.000 pound Lebanon per orang per bulan.

Menurut nilai tukar di pasar gelap saat ini jumlah itu sama dengan 38 dollar AS (Rp 535,00) perbulan. Sementara menurut nilai tukar resmi Lebanon, nilainya setara minus 205 dollar AS (minus Rp 2,8 juta). Artinya mereka harus berutang.

Jumlah rata-rata utang rumah tangga pengungsi Suriah telah meningkat 18 persen. Pinjaman digunakan hanya untuk membeli makanan.

Baca juga: Mantan PM Lebanon dan Sejumlah Menteri Didakwa atas Ledakan Beirut

Kondisi semakin sulit karena harga pangan di Lebanon telah meningkat hampir tiga kali lipat sejak Oktober tahun lalu.

Setengah dari keluarga yang disurvei menderita kerawanan pangan, naik dari 28 persen tahun sebelumnya. Rumah tangga dengan pola makan yang tidak memadai meningkat dua kali lipat, menurut survei tersebut.

Organisasi PBB memperingatkan bahwa keluarga miskin melakukan "strategi penanggulangan" yang salah. Termasuk dengan pernikahan dini anak-anak, menarik mereka dari sekolah dan mengirim mereka untuk bekerja.

"Situasi pengungsi Suriah di Lebanon telah memburuk selama bertahun-tahun. Tetapi temuan survei tahun ini merupakan indikasi dramatis betapa sulitnya bagi mereka untuk menjalani hidup kesehariannya," kata Mireille Girard, perwakilan UNHCR di Lebanon.

Baca juga: Dubes RI Hajriyanto: Krisis Mengubah Budaya Politik di Lebanon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com