Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti di Afrika Selatan Usul Redupkan Matahari untuk Atasi Kekeringan

Kompas.com - 05/12/2020, 19:54 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

CAPE TOWN, KOMPAS.com - Para peneliti dari Universitas Cape Town mengusulkan agar kota di Afrika Selatan itu meredupkan sinar matahari, dengan meluncurkan partikel reflektif ke atmosfer.

Usulan tersebut baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal di Environmental Research Letters, melansir Gizmodo, Sabtu (5/12/20).

Dalam rencana yang benar-benar radikal untuk menghentikan kekeringan parah ini, Afrika Selatan bahkan mencari cara untuk meredupkan matahari secara permanen.

Cape Town merasa harus melakukannya untuk bisa membantu mengurangi kekeringan di wilayah itu.

Rencana baru ini merupakan upaya untuk mencegah Day Zero, peristiwa kekeringan yang diperkirakan para ahli akan melanda Cape Town di Afrika Selatan selama beberapa waktu.

Kekeringan Day Zero akan membuat Cape Town secara ilmiah tidak memiliki cukup air untuk semua orang.

Baca juga: Hindari Bencana Kekeringan dengan Teknik Meredupkan Matahari? Ini Tanggapan BMKG...

Makalah tersebut menjelaskan bahwa Cape Town telah menghindari situasi ini sejauh ini melalui pembatasan penggunaan air yang drastis, tapi kekeringan masih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.

Solusi ini mengusulkan geoengineering dengan menggunakan injeksi aerosol stratosfer, alias meluncurkan bahan kimia ke langit.

Rencana itu dilakukan dengan menyuntikkan partikel gas sulfur dioksida ke atmosfer di atas Cape Town. Gas tersebut kemudian akan membentuk awan untuk memantulkan sinar matahari dan menyaring lebih sedikit cahaya ke permukaan, dan secara efektif menghalangi sengatan sinar matahari.

Penelitian menunjukkan jika rencana ini berhasil, hal itu dapat mengurangi kemungkinan fenomena kekeringan Day Zero hingga 90 persen.

Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Mentan Minta Petani Terapkan 2 Cara Ini

Apa risikonya?

Tentu saja ada risiko yang harus dipertimbangkan sebelum hal ini bisa disetujui. Para peneliti menguraikan bahwa rencana ini tidak akan berfungsi di sembarang situasi.

Perubahan lokasi, model, atau metode penerapan dapat memberi hasil yang sangat berbeda. Mereka juga menekankan bahwa saran ini tidak boleh dilihat sebagai alternatif untuk mengurangi gas rumah kaca.

Rencana tersebut dinilai cukup kontroversial. Menurut New York Post, para ahli mengatakan bahwa menyuntikkan gas ke atmosfer untuk mengekang perubahan iklim justru dapat menyebabkan gangguan yang berpotensi berbahaya pada sistem iklim.

Science Times bahkan memperingatkan ide ini bisa memicu potensi perang. Keputusan untuk meluncurkan partikel geoengineer ke atmosfer adalah sesuatu yang perlu mendapat masukan dari semua negara.

Apalagi membuat semua orang setuju, kemungkinan bisa dibilang sangat kecil.

Baca juga: Zanziman Ellie, Mowgli Dunia Nyata yang Hidup di Hutan Afrika karena Di-bully

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com