Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa Agung AS: Tidak Ada Bukti Kecurangan Sistemik di Pilpres AS

Kompas.com - 03/12/2020, 11:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP, AP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Jaksa Agung AS, Bill Barr menolak klaim Partai Republik akan adanya penipuan yang signifikan dapat mengubah hasil dari pemilihan presiden AS pada hari Selasa (02/12/20) melansir AFP.

Pernyataan ini menambah tekanan pada Presiden Donald Trump untuk menghentikan beragam upaya yang dilancarkan membatalkan kemenangan Joe Biden yang sudah jelas.

Komentar Bill Barr mengonfirmasi kesimpulan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, Intelijen AS dan pengamat jajak pendapat independen. Mereka menilai bahwa pemilu 2020 paling aman dalam sejarah Amerika.

"Sampai saat ini, kami belum melihat kecurangan dalam skala yang bisa memengaruhi hasil pemilu yang berbeda," katanya kepada Associated Press.

Barr tidak membahas klaim tertentu, tetapi menolak gagasan penipuan sistemik yang akan mengubah hasil pemungutan suara.

Masalah apa pun yang sudah ada buktinya, kata Barr, akan berdampak pada jumlah suara yang tidak signifikan.

"Ada satu pernyataan yang akan menjadi penipuan sistemik, dan itu akan menjadi klaim bahwa mesin pada dasarnya diprogram untuk membelokkan hasil pemilu," katanya kepada AP.

“Sejauh ini kami belum melihat apapun yang mendukungnya,” tambahnya.

Baca juga: Pilpres AS, Gugatan Trump Ditolak Lagi di Pennsylvania

Dalam twit Selasa sore (01/12/20), Trump menyoroti kesaksian yang ditawarkan dalam audiensi publik tentang pemilihan di Michigan, yang telah mensertifikasi kemenangan Biden di negara bagian itu. Serta acara terpisah yang diselenggarakan oleh Partai Republik di Virginia.

“Orang-orang datang muncul tidak seperti sebelumnya. Truk besar membawa ratusan ribu surat suara palsu ke pusat pemungutan suara? MENGERIKAN - SELAMATKAN AMERIKA!,” tulisnya.

Tanpa menyertakan bukti, Trump bersikeras bahwa ada praktik dan sistem pemungutan suara yang curang di negara-negara bagian utama. Yaitu di Michigan, Pennsylvania, dan Georgia. Kondisi itu merampas suara untuk masa jabatan keduanya.

Semuanya pengajuan hukum ditolak oleh pengadilan. Pasalnya tim kampanye Trump telah berusaha untuk membatalkan jutaan suara untuk Biden berdasarkan klaim yang tidak memiliki bukti.

Menurut penghitungan suara resmi, Biden memperoleh 6,2 juta suara lebih banyak daripada Trump dan meraih 306 suara Electoral College negara bagian. Jauh di atas 270 yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Tetapi, tim kampanye Trump berusaha untuk menunda penghitungan suara populer agar tidak diselesaikan sebelum Electoral College terpenuhi pada 14 Desember untuk mengesahkan pemenang pemilihan.

Pengacaranya, yang dipimpin oleh Rudy Giuliani, telah melontarkan berbagai tuduhan, seperti adanya pengisian kotak suara dan pencetakan surat suara palsu, ribuan orang tewas yang telah memilih, hingga mesin penghitung suara yang diprogram untuk memihak Biden.

Baca juga: Sekutu Trump Memintanya untuk Mengaku Kalah di Pilpres AS

Ancaman Kekerasan

Kampanye untuk menentang hasil akhir meningkatnya kegelisahan di dalam partai Republik. Utamanya teguran emosional yang ditujukan kepada Trump dari orang yang bertanggung jawab atas sistem pemungutan suara Georgia.

Gabriel Sterling mengadakan konferensi pers untuk memberi tahu presiden bahwa dia telah gagal bersuara menentang ancaman kekerasan kepada pejabat pemilihan.

“Berhentilah menginspirasi orang untuk melakukan potensi tindakan kekerasan. Seseorang akan terluka, seseorang akan tertembak, seseorang akan terbunuh. Dan itu tidak benar,” kata Sterling.

Secara terpisah pada hari Selasa, pendukung setia Trump dan Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell memberikan pengakuan paling jelasnya bahwa Biden akan pindah ke Gedung Putih bulan depan.

Sementara soal negosiasi yang terhenti mengenai paket stimulus untuk memulihkan ekonomi AS, McConnell mengatakan “Kemungkinan akan ada diskusi tentang beberapa paket tambahan dari beberapa ukuran tergantung pada apa yang ingin dikejar oleh pemerintahan baru.”

Baca juga: Berkaca dari Pilpres AS, Apa yang Harus Dilakukan untuk Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Pilkada?

Giuliani membantah Barr

Tidak ada reaksi langsung terhadap Barr dari Trump. Namun dalam pernyataan bersama, Giuliani dan Jenna Ellis, penasihat hukum senior untuk kampanye presiden telah menepis pernyataan tersebut.

"Dengan segala hormat kepada Jaksa Agung, belum ada yang mirip dengan investigasi Departemen Kehakiman," kata mereka.

"Kami telah mengumpulkan banyak bukti pemungutan suara ilegal di setidaknya enam negara bagian yang belum mereka periksa."

Laporan berita baru-baru ini mengatakan bahwa Trump tidak senang dengan Barr karena tidak berusaha mendukung pemilihan kembali presiden.

Lalu pada Selasa, Barr mengungkapkan bahwa dia telah menunjuk seorang jaksa penuntut khusus independen untuk menyelidiki Departemen Kehakiman dan penyelidik FBI yang menyelidiki hubungan antara kampanye Trump dan Rusia dalam pemilu 2016.

Trump telah mengklaim bahwa para penyelidik itu, termasuk mantan penasihat khusus Robert Mueller, adalah bagian dari "perburuan penyihir" politik yang korup oleh "negara bagian" untuk merusak pemerintahannya.

Baca juga: Joe Biden Menang Pilpres AS, Taiwan Harap Hubungan Taipei-Washington Tetap Terjalin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com