Salah satu faktor penyebabnya adalah murahnya harga gas alam, sehingga penduduk di wilayah itu lebih memilih penghangat ruangan dengan bahan bakar gas.
Sementara itu, di Islandia, sekitar 97 persen penduduk ibu kota Reykjavik memanfaatkan energi panas bumi untuk penghangat ruangan dengan sistem district heating.
Selain itu, lebih dari 90 persen dari total penduduk Islandia sekarang dapat mengandalkan geotermal untuk memasok pemanas ruangan mereka serta kebutuhan pemanas air panas domestik.
Di negara lain, yakni Turki, kini melihat peningkatan yang siginifikan dalam pemanfaatan energi panas bumi untuk penghangat ruangan.
Baca juga: Inspirasi Energi: Benarkah Biodiesel Ramah Lingkungan?
Pada 2000, 51.600 tempat tinggal di Truki terhubung ke jaringan district heating. Pada 2010, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 500.000 tempat tinggal.
Selain itu, beberapa negara lain telah mengembangkan atau sedang mengembangkan sistem district heating dari panas bumi adalah termasuk Hongaria, Rumania, Prancis, Polandia, Cina, dan bahkan Swedia dan Denmark.
Selain memanfaatkan jaringan pipa untuk keperluan publik, pemanfaatan geotermal sebagai penghangat ruangan juga bisa langsung digunakan untuk setiap rumah atau bangunan.
Melansir World Energy Council, teknologi yang digunuakan untuk langsung memanfaatkan energi panas bumi sebagai keperluan penghangat ruangan adalah pompa geotermal atau ground-source heat pumps (GHP).
Prinsip kerjanya sebenarnya sama saja yakni fluida penukar kalor dari geotermal dipompa ke atas. Fluida ini berfungsi menukar suhu yang ada di dalam ruangan.
Hanya saja pemanfaatannya langsung kepada rumah-rumah atau bangunan, tidak perlu memanfaatkan jaringan pipa berskala besar seperti district heating.
Teknologi ini sebenarnya bukanlah hal baru. Lord Kelvin mengembangkan konsep tersebut pada tahun 1852, yang kemudian dimodifikasi sebagai GHP oleh Robert Webber pada 1945.
Baca juga: Inspirasi Energi: Tahukah Kamu? Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Makin Diminati di Seluruh Dunia
GHP memperoleh pengakuan komersial pada dekade1960-an dan dekade 1970-an. Eropa mulai menggunakan teknologi ini sekitar dekade 1970-an dan menjadi populer di AS, Kanada, Jerman, Swedia, Swiss, Perancis, dan negara-negara Eropa Barat lainnya.
Secara garis besar, GHP memilki dua konfigurasi utama yakni closed loop yang dipasang baik secara horizontal atau vertikal pada sumber energi geotermal dan open loop yang dipasang di sumber air panas.
Jenis yang dipilih tergantung pada jenis tanah dan batuan pada instalasi, ketersediaan lahan, dan atau apakah sumur sumber air panas dapat dibor secara ekonomis atau sudah ada di lokasi.
Baca juga: Inspirasi Energi: Tahukah Kamu? Efisiensi Energi Bisa Kurangi Pemanasan Global
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.