Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Etiopia, Sebuah Ringkasan untuk Anda

Kompas.com - 23/11/2020, 11:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Tigray secara terbuka menolak ajakan Abiy yang ingin menyatukan negara dengan meningkatkan kekuasaan pemerintah pusat, seperti halnya daerah dan kelompok etnis lainnya.

TPLF juga memandang koalisi yang berkuasa itu ilegal dan setelah Abiy membatalkan pemilihan karena Covid-19, mereka membentuk dewan pemilihan sendiri untuk mengawasi pemilihan daerah pada bulan September.

Abiy mengatakan dia tidak mengakui hasil pemilihan tersebut dan melarang jurnalis asing bepergian ke Tigray untuk mendokumentasikan pemilihan.

Pemerintah di Addis Ababa memilih untuk memotong dana ke TPLF pada bulan Oktober, yang kemudian membuat marah para pemimpinnya.

Baca juga: Konflik Etiopia: 3 Roket Ditembakkan dari Tigray ke Ibu Kota Wilayah Amhara

Apa yang terjadi pada warga sipil?

Puluhan ribu warga Etiopia telah meninggalkan Tigray menuju Sudan sejak awal November, dengan PBB memperkirakan 200.000 orang akan melarikan diri dalam enam bulan.

PBB mengatakan 6.000 pengungsi memasuki Sudan setiap hari, dengan lebih dari 31.000 orang telah menyeberang sejak 20 November.

Tigray sendiri menurut badan-badan PBB sudah menjadi rumah bagi sebanyak 200.000 pengungsi dan orang terlantar.

Kelompok bantuan mengatakan mereka dilarang membantu di Tigray dan wartawan juga dilarang masuk untuk melaporkan apa yang terjadi.

LSM telah meminta pemerintah Etiopia untuk mengamankan akses mereka ke Tigray sehingga mereka dapat menyediakan pasokan bagi warga sipil yang terdampar akibat pertempuran.

PM Abiy mengatakan pada 16 November bahwa pemerintahannya "siap untuk menerima dan menyatukan kembali sesama warga Etiopia yang melarikan diri ke negara tetangga."

Tapi, ribuan orang terus melarikan diri dan banyak yang memiliki cerita mengerikan tentang bagaimana mereka melihat teman dan keluarga mereka terbunuh sementara yang lain tidak tahu di mana keluarga mereka karena komunikasi terputus di Tigray.

Kamp Um Raquba di Sudan telah dibuka kembali untuk menampung pengungsi setelah 20 tahun ditutup, setelah menampung ribuan warga Ethiopia selama kelaparan terburuk di negara itu pada abad ke-20 dari tahun 1983 hingga 1985.

PBB menyerukan gencatan senjata disegerakan pada 20 November sehingga koridor kemanusiaan dapat didirikan untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dengan selamat.

Baca juga: Konflik Etiopia-Tigray: Apa Pemicunya dan Apa yang Sedang Terjadi?

Bagaimana dampak konflik secara luas?

Konflik ini berisiko membuat kawasan itu tidak stabil dan dapat menyebabkan pengungsian massal di negara terpadat kedua di Afrika, dengan 110 juta jiwa.

Sebagai sekutu dekat militer Amerika Serikat (AS), Etiopia dipandang sebagai elemen penting dalam memelihara perdamaian di Tanduk Afrika yang rapuh.

Namun hal itu bisa dihancurkan oleh perang yang meluas ke Eritrea, dan fakta bahwa sekitar 96.000 pengungsi Eritrea yang tinggal di Tigray bisa mengungsi lagi.

Dengan pengungsi Etiopia yang melarikan diri ke Sudan, yang sudah memiliki 1,1 juta pengungsi, ini berisiko mengganggu kestabilan transisi yang sedang dilaluinya, di samping krisis ekonomi yang sudah dialaminya.

Etiopia juga menjalankan misi penjaga perdamaian yang sukses di negara tetangga Somalia, namun kini terancam karena kekacauan di dalam negaranya.

Baca juga: Konflik Etiopia: PM Abiy Ultimatum Pasukan Tigray Menyerah dalam 72 Jam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com