Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Donald Trump Akhiri Tradisi Akui Kekalahan Pilpres AS?

Kompas.com - 21/11/2020, 11:43 WIB
Ericssen,
Miranti Kencana Wirawan

Tim Redaksi

Tradisi politik ini adalah kunci utama mengapa transisi kekuasaan di AS selalu berjalan mulus dan damai tanpa keributan atau pertumpahan darah.

Pidato kekalahan yang sering dipuji adalah yang disampaikan mantan Wakil Presiden Al Gore yang dikalahkan George W Bush pada pilpres 2000.

Pilpres AS pertama pada abad ke-21 itu adalah salah satu pilpres paling kontroversial dalam sejarah AS.

Bush menjadi presiden ke-43 setelah Mahkamah Agung memerintahkan penghentian perhitungan ulang atau recount di negara bagian Florida.

Keputusan ini memberikan kemenangan tipis hanya berselisih 537 suara di Florida kepada Bush sekaligus mengirimnya ke Gedung Putih.

Gore yang memenangkan suara nasional namun gagal mencapai 270 electoral vote setelah keputusan Florida memilih mengakhiri 5 minggu sengketa pilpres.

Baca juga: Donald Trump Berpotensi Picu Konfrontasi Besar untuk Sabotase Pemerintahan Joe Biden

Dalam pidatonya dia mengatakan walau dia tidak setuju dengan keputusan MA namun dia menerimanya demi menjaga dan memelihara persatuan negara dan demokrasi AS.

Pidato kekalahan lain yang sering menjadi contoh adalah dari mendiang Senator Arizona John McCain dan mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.

McCain yang kalah dari Barack Obama pada pilpres 2008 memuji pencapaian lawannya sebagai presiden Afro-Amerika pertama AS.

Clinton yang secara mengejutkan dikalahkan Trump empat tahun lalu meminta pendukungnya berlapang dada menerima hasil pilpres dan berpikiran terbuka memberikan kesempatan kepada Trump untuk memimpin AS.

Saat ini Trump berada dalam posisi Clinton, McCain, Gore, dan puluhan capres lain yang kalah. Walau tidak diwajibkan secara legal, tradisi mengakui kekalahan adalah simbol dari matangnya demokrasi AS.

 Baca juga: Menko Marves Luhut Bertemu Presiden Donald Trump, Apa yang Dibicarakan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com