CANBERRA, KOMPAS.com - Anggota militer Australia yang angkat suara (whistleblower) tentang kejahatan perang di Afghanistan mengatakan pada Jumat (20/11/2020), bahwa akan merasa lega dan menerima hukuman apa pun untuknya asal kebenaran ditegakkan.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh media ABC pada Kamis (19/11/2020), mengungkap kasus dari pasukan khusus Australia yang diduga telah membunuh 39 tahanan tak bersenjata dan warga sipil di Afghanistan.
Sementara, komando senior memaksa tentara junior untuk membunuh tawanan tak berdaya sebagai "darah" mereka untuk pertempuran.
Laporan itu merujuk 19 tentara yang saat ini yang masih bertugas dan mantan tentara untuk kemungkinan dituntut.
Baca juga: Terkuak Bukti-bukti Tentara Australia Bunuh 39 Warga Afghanistan secara Ilegal
Laporan yang tengah diselidiki itu memicu kesedihan di Australia yang biasanya menghormati sejarah militernya dengan antusias.
David McBride, mantan pengacara pihak militer, yang menghadapi tuduhan membocorkan informasi tentang tindakan pasukan khusus di Afghanistan, merasa "didukung" oleh laporan tersebut.
Pengacara McBride, Mark Davis mengatakan kepada Reuters bahwa kliennya telah bertahun-tahun diperlakukan seperti "pengkhianat tentara".
"Jika tuduhan yang dia buat sebelumnya terbukti benar, dia akan merasa dibenarkan apa pun hukumannya," kata Davis melalui telepon, seperti yang dilansir dari Reuters pada Jumat (20/11/2020).
Dengan begitu, ia merasa reputasi dan rasa kehormatannya akan tetap utuh.
Baca juga: Pasukan AS di Irak dan Afghanistan Bakal Dikurangi secara Drastis, Ini Rinciannya
McBride telah mengkonfirmasi memberikan dokumen rahasia kepada Australian Broadcasting Corp (ABC), memicu dakwaan terhadapnya dan penyelidikan terhadap penyiar publik yang secara sensasional menyebabkan penggerebekan di markas besarnya di Sydney sejak tahun lalu.
Polisi telah membatalkan penyelidikan terhadap ABC pada bulan lalu, dengan alasan kurangnya minat publik untuk melanjutkan kasus terhadap kantor media itu.
Namun, McBride masih menghadapi tuntutan hukuman penjara, jika terbukti bersalah setelah persidangan dimulai pada tahun depan.
Tuduhannya sekarang juga harus dibatalkan, kata pengacaranya, Davis.
Dusty Miller, petugas medis pasukan khusus yang bersaksi pada penyelidikan tersebut, mengatakan kepada ABC bahwa ia mendengar kepala pertahanan negara itu secara terbuka mengkonfirmasi klaimnya sebagai "pembenaran sepenuhnya".
Baca juga: Sekutu Trump di Senat AS Kecam Pengurangan Tentara di Afghanistan dan Irak
Laporan tersebut telah dijelaskan oleh para pemimpin Australia sebagai salah satu bagian militer paling gelap untuk Australia.
Laporan itu keluar hanya sembilan hari setelah hari peringatan tentara yang gugur perang, di mana biasanya orang-orang memakai poppy merah untuk menunjukkan rasa hormat.
Anggota parlemen tinggi telah mengutuk tuduhan laporan tersebut dan mendukung kemungkinan penuntutan, sambil mengekspresikan solidaritas dengan angkatan bersenjata negara itu.
"Itu membuat saya sakit secara fisik, dan itu adalah bacaan yang sangat menyedihkan," kata Menteri Pertahanan Linda Reynolds, seorang mantan perwira militer.
Baca juga: Australia Selidiki Dugaan Kejahatan Perang Tentaranya di Afghanistan
“Saya tahu bahwa itu pasti tidak mewakili layanan (militer) saya, dan itu pasti tidak mewakili mayoritas pria dan wanita yang telah dan terus melayani bangsa kita dengan perbedaan yang begitu besar,” ungkap Reynolds.
Bendahara Josh Frydenberg mengatakan tuduhan itu "sangat serius, tetapi mereka seharusnya tidak menutupi pekerjaan luar biasa yang sedang dilakukan pasukan pertahanan atas nama kami".
Perdana Menteri Scott Morrison sebelumnya memperingatkan bahwa laporan itu akan mengganggu Australia dan militernya, tetapi belum berkomentar sejak diterbitkan.
Semalam, kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan di Twitter bahwa Morrison telah "mengungkapkan kesedihannya yang paling dalam" atas tuduhan tersebut.
Baca juga: Hadapi Tuduhan Kejahatan Perang, Presiden Kosovo Mengundurkan Diri
Reynolds mengatakan pada pekan lalu, Canberra telah diberitahu bahwa penuntutan lokal akan meniadakan dakwaan di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Orang-orang di Kabul, ibu kota Afghanistan, menyambut baik kemungkinan membawa pelaku ke pengadilan.
"Mereka yang telah melakukan kejahatan besar, harus menghadapi hukum Afghanistan dan harus dihukum sesuai dengan itu," kata Abdul Mutahal, seorang warga Kabul.
Mohammad Isaaq Faiaz, seorang imam syiah, mengatakan tersangka pelaku "harus dibawa ke pengadilan di Australia, dan keluarga yang terkena dampak dari para martir harus dibayar dengan uang tebusan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.