Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donald Trump Berpotensi Picu Konfrontasi Besar untuk Sabotase Pemerintahan Joe Biden

Kompas.com - 19/11/2020, 15:52 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para pejabat intelijen Eropa khawatir ada kemungkinan Donald Trump memicu konflik militer dengan Iran untuk mensabotase pemerintahan presiden terpilih Joe Biden pada Januari mendatang.

Trump diketahui miliki tensi tinggi terhadap Iran dengan menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional pada 2018 dan mempertimbangkan serangan militer ke fasilitas nuklir Iran.

Pejabat Eropa mengatakan kepada Business Insider, bahwa mereka takut Trump akan mendorong "konfrontasi besar" dalam sisa hari yang dimilikinya di Gedung Putih.

Mereka mempertimbangkan skema konfrontasi yang melibatkan Israel atau Arab Saudi untuk meningkatkan permusuhan terhadap Iran, yang hasilnya dirancang untuk membuat Biden kewalahan.

"Kami prihatin dengan kecenderungan Presiden Trump untuk memaksakan konfrontasi besar saat dia meninggalkan jabatan yang mungkin mempersulit gerak pemerintahan Biden," kata seorang pejabat.

Baca juga: Menko Marves Luhut Bertemu Presiden Donald Trump, Apa yang Dibicarakan?

"Kami tidak yakin pada presiden Amerika saat ini dapat bertindak bijak. Kami memiliki beberapa keyakinan bahwa ketidakpopuleran politik akan ada dari setiap langkah gegabah yang diambil. Saya yakin kepemimpinan militer yang dimunculkan akan mempersulit," terangnya.

Melansir Daily Mail pada Rabu (18/11/2020), kekahawatiran pejabat Eropa itu muncul ketika pesawat tempur Israel menargetkan Iran dalam serangan di Suriah pada Rabu (18/11/2020), yang menewaskan 10 milisi Suriah dan pihak asing.

Tentara Israel menyebut serangan itu adalah "serangan balasan", setelah alat peledak ditemukan di dekat salah satu pangkalannya, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

Israel dan Suriah, secara teknis masih berperang, memiliki perbatasan di sepanjang Dataran Tinggi Golan, yang diduduki oleh Negara Yahudi sejak Perang Enam Hari pada 1967.

Baca juga: Sebut Pemilu AS Aman, Direktur Badan Keamanan Siber Malah Dipecat Trump

Serangan udara itu telah dilihat sebagai sinyal bahwa Israel akan melanjutkan kebijakan agresifnya untuk melakukan serangan melintasi perbatasan, meskipun sekutu utama Trump kalah dalam pemilihan presiden.

AS sejauh ini telah menikmati hubungan dekat dengan Israel sejak negara itu dibentuk pada 1948, dan Trump sangat mendukung, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel serta mengadopsi pendekatan hawkish terhadap Iran.

Analis memperkirakan hubungan AS-Iran akan agak mendingin di bawah presiden terpilih Joe Biden, dengan ia akan berusaha untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang menurutnya penting.

The New York Times melaporkan pada Senin (16/11/2020) bahwa Trump pekan lalu membahas kemungkinan menyerang fasilitas nuklir Iran, tetapi dilaporkan ia telah "dibujuk" dengan peringatan bahwa tindakan itu dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas pada beberapa pekan terakhir masa kepresidenannya.

Baca juga: Trump Ternyata Pernah Main Film Home Alone, gara-gara Memaksa Ikut Syuting

Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei memperingatkan bahwa "tindakan apa pun terhadap bangsa Iran pasti akan menghadapi tanggapan yang menghancurkan".

Rencana serangan Pentagon terhadap Iran diperkirakan mencakup serangan rudal, perang siber, dan tindakan pre-emptive oleh Israel, yang sebelumnya telah melakukan serangkaian operasi terhadap Iran.

Tindakan militer Israel pada Rabu terjadi hanya beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dijadwalkan mendarat di Israel, untuk melakukan pembicaraan yang kemungkinan menjadi kunjungan terakhirnya ke sekutu setia Amerika sebelum Trump meninggalkan jabatannya.

Sebuah pernyataan militer Israel mengatakan jet tempurnya telah mencapai "target militer milik Pasukan Quds Iran dan angkatan bersenjata Suriah" pada Selasa malam dan hingga dini hari Rabu.

Baca juga: Trump Berencana Serang Situs Nuklirnya, Ini Respons Iran

Pasukan Quds elit adalah lengan operasi asing utama Korps Pengawal Revolusi Iran. Negara-negara Barat percaya pasukan itu yang bertanggung jawab untuk mendukung sekutu Teheran dalam konflik proxy di seluruh Timur Tengah.

Target serangan Israel termasuk "fasilitas penyimpanan, markas besar dan kompleks militer" serta "baterai rudal permukaan milik Suriah," kata pernyataan militer Israel itu.

Kantor berita negara Suriah, SANA, mengatakan serangan itu telah menewaskan 3 tentaranya dan melukai lainnya.

Kelompok pemantau Pengamatan Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan 10 orang telah tewas, termasuk pejuang asing serta tentara Suriah.

Orang asing itu termasuk 5 milisi yang "kemungkinan besar orang Iran dan termasuk dalam pasukan Quds", serta 2 pasukan pro-Iran dengan kewarganegaraan yang belum ditentukan, kata pemantau yang berbasis di Inggris, menambahkan bahwa kemungkinan lebih banyak korban.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Ajudan Trump Hampir Akui Kekalahan, Janjikan Transisi Mulus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com