Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Sebut Anwar Ibrahim Tak Cocok Jadi PM Malaysia, Ini Sebabnya

Kompas.com - 16/11/2020, 17:07 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menuturkan, pemimpin oposisi Anwar Ibrahim tak cocok jadi orang nomor satu "Negeri Jiran".

Menurut politisi berjuluk Dr M itu, Anwar bukan orang yang tepat membawa ekonomi Malaysia keluar dari tekanan karena pandemi virus corona.

Pernyataan itu diucapkannya di tengah upaya Anwar membentuk pemerintahan baru dan merebut kendali negara dari PM Malaysia saat ini, Muhyiddin Yassin.

Baca juga: Mahathir Kecam Najib Razak: Sidang Korupsi Harus Dilanjutkan

Dalam wawancaranya dengan The Malaysian Insight yang dipublikasikan Sabtu (14/11/2020), Mahathir mendasarkan argumennya saat krisis finansial 1997.

Saat itu, dia mengambil cuti selama dua bulan. Membuat Anwar Ibrahim, yang kala itu wakil PM dan menteri keuangan, untuk bertanggung jawab.

"Saya sengaja mencoba kemampuannya ketika saya masih menjadi PM Malaysia. Saya berlibur selama dua bulan dan Anwar yang bertanggung jawab," ungkapnya.

Dalam pengamatannya seperti dilaporkan Malay Mail, mantan PM berusia 95 tahun itu menuturkan solusi Anwar tak membantu mengangkat ekonomi Malaysia saat itu.

"Itulah kenapa saya harus mengambil alih peran menteri keuangan dan mengusulkan kebijakan untuk mengangkat ekonomi negara," paparnya.

Perbedaan pandangan Mahathir dan Anwar Ibrahim soal cara menyelamatkan ekonomi "Negeri Jiran" itu disebut menjadi awal mula perseteruan mereka.

Baca juga: Mahathir Mohamad Rela Uang Pensiun Dipotong demi Bantu Malaysia

Pendiri Partai Pejuang itu mengatakan, saat itu Anwar begitu condong pada saran yang diajukan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Saya katakan kepadanya jika kami mengikuti cara dua lembaga itu, kami tak punya cukup dana untuk membayar gaji. Tapi dia masih bersikeras," keluhnya.

Dalam kesempatan tersebut, mantan PM Malaysia periode 1981 sampai 2003 dan 2018-2020 itu menekankan dia dan partainya bukan bagian dari pemerintahan baru Anwar.

Dia mengeklaim ketika partai lain yang didirikannya, Bersatu yang dipimpin Muhyiddin meninggalkan koalisi Pakatan Harapan, dia dan tokoh politik lain masih ingin bekerja sama dengan Pakatan.

Baca juga: Twitnya soal Islam dan Perancis Dihapus Twitter, Mahathir: Tidak Adil

"Kami bisa saja mendapatkan mayoritas. Namun Anwar menolak untuk bekerja bersama kami, terutama dengan saya," kata Mahathir Mohamad.

Karena itu, dia menyuarakan keraguan akan klaim Anwar September lalu, di mana dia mengaku punya dukungan mayoritas untuk mendongkel Muhyiddin Yassin.

"Dia masih belum menjadi PM sampai hari ini meski sudah berulang kali berkoar. Persiapan dia dilantik bahkan sudah dilakukan. Tapi pelantikan itu takkan terjadi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com