Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investigasi Ungkap Perusahaan Korsel Bakar Hutan Papua untuk Perluasan Lahan Sawit

Kompas.com - 12/11/2020, 18:48 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Dalam hasil penyelidikannya, FSC mengesampingkan tudingan bahwa Korindo Group melakukan pembakaran hutan dan tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal lainnya yang menggunakan api dalam praktik pembukaan lahan.

Namun, investigasi terbaru yang dilakukan Forensic Architecture dan Greenpeace yang dirilis pada Kamis (12/11) mengungkap bukti kebakaran lahan "yang disengaja" di area konsensi Korindo, selama periode 2001-2016.

Baca juga: Komplotan Begal Duren Sawit Dibekuk Polisi Setelah Curi Tiga Motor

"Kebakaran dilakukan dengan sengaja"

Para peneliti dari Forensic Architecture yang berbasis di Goldsmith University, Inggris, menerapkan analisis spasial dan arsitektural serta teknik pemodelan dan penelitian canggih untuk menyelidiki perusakan lingkungan.

Kelompok ini mempelajari citra satelit untuk mengungkap pola pembukaan lahan di dalam konsesi PT Dongin Prabhawa.

Mereka kemudian membandingkan citra satelit itu dengan data titik api dari satelit NASA di area yang sama, dan menggabungkan keduanya dalam periode waktu yang sama, 2011 hingga 2016.

Foto ini diambil dari pesawat oleh Greenpeace pada Mei 2013 yang menunjukkan tumpukan kayu yang terbakar.GREENPEACE via BBC INDONESIA Foto ini diambil dari pesawat oleh Greenpeace pada Mei 2013 yang menunjukkan tumpukan kayu yang terbakar.
"Kami menemukan bahwa pola, arah dan kecepatan pergerakan api sangat cocok dengan pola, kecepatan, arah pembukaan lahan. Ini menunjukkan bahwa kebakaran dilakukan dengan sengaja," ujar peneliti senior Forensic Architecture, Samaneh Moafi.

"Jika kebakaran terjadi dari luar sisi konsesi atau karena kondisi cuaca, maka api akan bergerak dengan arah yang berbeda. Mereka akan tersebar," jelas Moafi kemudian.

Kepada BBC, Korindo bersikukuh bahwa pembukaan lahan bukan dilakukan dengan pembakaran lahan, melainkan menggunakan alat berat dan menegaskan kebakaran yang terjadi di area itu karena kemarau berkepanjangan.

Korindo juga mengklaim kebakaran di area konsesinya dipicu oleh warga yang berburu tikus tanah yang bersembunyi di bawah tumpukan kayu, aksi yang oleh perusahaan disebut "menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi operasional kami".

Kepada BBC, Korindo berkukuh bahwa pembukaan lahan dilakukan menggunakan alat berat dan menegaskan kebakaran yang terjadi di area itu karena kemarau berkepanjangan.GREENPEACE via BBC INDONESIA Kepada BBC, Korindo berkukuh bahwa pembukaan lahan dilakukan menggunakan alat berat dan menegaskan kebakaran yang terjadi di area itu karena kemarau berkepanjangan.
"Sisa-sisa kayu dibakar, tertutup dunia ini"

Namun, warga yang tinggal di dekat area konsesi PT Dongin Prabhawa berkata lain.

Sefnat Mahuze, warga Kampung Tagaepe, mengaku melihat dengan kepala sendiri pembakaran lahan yang dilakukan pekerja perusahaan.

"Saya melihat mereka kumpul batang-batang kayu, ranting-ranting kayu. Itu alat-alat berat yang kumpul, mereka tumpuk. Tumpuk di jalur," jelas Sefnat, menuturkan peristiwa yang dilihatnya pada 2012 silam ketika dia berkunjung ke perusahaan untuk mengurus permohonan dari warga.

"Panjang, mungkin sekitar 100 - 200 [meter] baru mereka siram pakai solar, baru mereka bakar," ujarnya kemudian.

Dia menambahkan, kebakaran ini "sudah berjalan bertahun-tahun" sejak perusahaan membongkar hutan.

"Sampai 2016 baru selesai."

Baca juga: Jaksa Ungkap Suap Rp 45,7 Miliar kepada Nurhadi untuk Beli Tas Mewah hingga Lahan Sawit

Samaneh Moafi dari Forensic Architecture mengatakan pola, arah dan kecepatan pembakaran sangat cocok dengan arah, pola dan kecepatan pembukaan lahan yang terjadi di lokasi konsesi ini.GREENPEACE via BBC INDONESIA Samaneh Moafi dari Forensic Architecture mengatakan pola, arah dan kecepatan pembakaran sangat cocok dengan arah, pola dan kecepatan pembukaan lahan yang terjadi di lokasi konsesi ini.
Esau Kamuyen, warga Kampung Nakias yang berjarak sekitar 20 km dari area konsesi PT Dongin Prabhawa, mengatakan asap dari pembakaran lahan menutupi kampungnya.

"Wei, tertutup (asap) ini, kalau pembongkaran itu. Sisa-sisa kayu yang tidak dipakai itu kan dibakar, tertutup ini dunia ini," serunya.

"Apalagi kalau sudah sore begini, itu lain lagi, sudah gelap," tegasnya.

Esau Kamuyen, warga Kampung Nakias yang berjarak sekitar 20 km dari area konsesi PT Dongin Prabhawa, mengatakan asap dari pembakaran lahan menutupi kampungnya.HARYO WIRAWAN via BBC INDONESIA Esau Kamuyen, warga Kampung Nakias yang berjarak sekitar 20 km dari area konsesi PT Dongin Prabhawa, mengatakan asap dari pembakaran lahan menutupi kampungnya.
Kepala Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Kiki Taufik, mengatakan investigasi yang dilakukan bersama Forensic Architecture ini penting untuk menegaskan Korindo menggunakan api dalam pembersihan lahan.

Padahal dalam regulasi di Indonesia hal itu "tidak dibenarkan".

"Tidak diperbolehkan atau melanggar hukum apabila ada perusahaan menggunakan api, karena api adalah cara termurah bagi perusahaan bagi perusahaan untuk (melakukan) land clearing."

Praktik pembakaran untuk pembukaan adalah ilegal di Indonesia, menurut UU Perkebunan dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

Namun, perusahaan kelapa sawit yang diduga melakukannya kerap lolos dari sanksi.

Praktik pembakaran untuk pembukaan adalah ilegal di Indonesia, menurut UU Perkebunan dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).GREENPEACE via BBC INDONESIA Praktik pembakaran untuk pembukaan adalah ilegal di Indonesia, menurut UU Perkebunan dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
Pemerintah Indonesia tidak memberi tanggapan atas permintaan wawancara kami.

Adapun FSC mengatakan Korindo telah setuju untuk menghentikan semua pembukaan hutan lebih lanjut, untuk saat ini.

"Saya mau dikemanakan kalau hutannya sudah habis?"

Kendati hutan adat milik masyarakat adat telah beralih fungsi jadi kebun kelapa sawit, tak sedikit dari mereka memilih bekerja di perkebunan kelapa sawit milik Korindo.

Salah satunya adalah Kornelis Kaize, pemuda berusia 19 tahun dari Kampung Tagaepe.

Pemuda lulusan sekolah menegah atas (SMA) itu beralasan bekerja di perusahaan demi bisa melanjutkan kuliah.

Agus Kume, 11 tahun, bercita-cita menjadi sopir truk pengangkut sawit.ALBERTUS VEMBRIANTO via BBC INDONESIA Agus Kume, 11 tahun, bercita-cita menjadi sopir truk pengangkut sawit.
"Saya mati-matian mau kuliah karena sudah setengah mati dari SMA."

"Akhirnya saya pulang ke kampung, kembali kerja di perusahaan sambil cari uang kuliah," tutur Kornelis.

Kepada BBC dia mengaku gaji sebesar Rp 5 juta yang dia terima per bulan dari perusahaan akan dia tabung untuk biaya melanjutkan kuliah.

Samela, 10 tahun, tidak pernah sekolah, tinggal dan bekerja di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan Korindo bersama neneknya di Boven Digoel, Papua.ALBERTUS VEMBRIANTO via BBC INDONESIA Samela, 10 tahun, tidak pernah sekolah, tinggal dan bekerja di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan Korindo bersama neneknya di Boven Digoel, Papua.
Namun, mereka yang pernah bekerja di perusahaan, mengeluhkan gaji kecil yang mereka terima tak sepadan dengan risiko pekerjaan yang berat.

Yasinta Yaimahe menuturkan pengalamannya bekerja sebagai buruh di bagian perawatan kebun di PT Dongin Prabhawa, sekitar satu jam perjalanan dari kampungnya.

"Kita kerja itu jalan sambil mata lihat di bawah, takut ular, kayu tajam," tuturnya.

"Jadi kita kerja berat, nanti waktu gajian, gaji dorang dipotong lagi, masuk di utang bama (bahan makanan) kantin," tuturnya.

Baca juga: Emiten Ini Pasok Cangkang Sawit ke Jepang untuk Pembangkit Listrik

Kita kerja itu jalan sambil mata lihat di bawah, takut ular, kayu tajam, tutur Yasinta Yaimahe, yang memutuskan kembali ke kampungnya setelah dua tahun bekerja di perkebunanHARYO WIRAWAN via BBC INDONESIA Kita kerja itu jalan sambil mata lihat di bawah, takut ular, kayu tajam, tutur Yasinta Yaimahe, yang memutuskan kembali ke kampungnya setelah dua tahun bekerja di perkebunan
Perempuan yang tinggal di Kampung Nakias itu kemudian berhenti bekerja di perkebunan dan memilih hidup di kampung halaman.

Sementara itu, Wiro Lindep, pekerja di PT TSE di Boven Digoel, mengaku gaji yang dia terima dari perusahaan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Meski begitu, dia mengungkap kegetiran yang dia rasakan saat melihat pepohonan hijau di hutan berubah jadi deretan kelapa sawit.

Saya rasa kalau hutan Papua ini sudah diduduki kebun kelapa sawit, saya rasa rugi karena hutan saya nanti dihabisi, tutur Wiro Lindep, yang sudah delapan tahun bekerja di PT TSE-POP A di Boven Digoel.HARYO WIRAWAN via BBC INDONESIA Saya rasa kalau hutan Papua ini sudah diduduki kebun kelapa sawit, saya rasa rugi karena hutan saya nanti dihabisi, tutur Wiro Lindep, yang sudah delapan tahun bekerja di PT TSE-POP A di Boven Digoel.
"Saya rasa kalau hutan Papua ini sudah diduduki kebun kelapa sawit, saya rasa rugi karena hutan saya nanti dihabisi."

"Saya rasa rugi, saya ini mau dikemanakan kalau hutannya sudah habis ini?," kata Wiro.

Tak ingin hal serupa terjadi pada hutan adatnya, Petrus Kinggo berjuang mati-matian untuk mempertahankan hutan adatnya di Boven Digoel demi generasi mendatang.

Petrus Kinggo kini berjuang mati-matian untuk mempertahankan hutan adatnya demi generasi mendatang suku MandoboAYOMI AMINDONI via BBC INDONESIA Petrus Kinggo kini berjuang mati-matian untuk mempertahankan hutan adatnya demi generasi mendatang suku Mandobo
"Hutan ini salah satu sumber kehidupan saya, terutama generasi saya. Kalau saya lepas kepada pihak siapa pun, termasuk perusahaan atau orang, siapa pun, berarti tanah ini beralih. Generasi setelah saya, besok mereka hidup di mana?" tuturnya.

"Jadi itu yang saya pertahankan, bahwa tanah ini tidak bisa saya kasih ke orang," kata Petrus kemudian.

Baca juga: Gara-gara Puntung Rokok, 15 Mobil dan 3 Motor di Bengkel Duren Sawit Terbakar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com