PHILADELPHIA, KOMPAS.com – Rakyat Amerika Serikat (AS) belum dapat mengetahui siapa pemenang pemilihan presiden (pilpres) 2020.
Ketidakpastian menyelimuti negeri adidaya ini setelah presiden petahana Republikan Donald Trump kembali tampil jauh lebih baik dari prediksi lembaga survei seperti pada pilpres 2016.
Sebaliknya bagi calon presiden (capres) Demokrat Joe Biden, walau masih favorit tipis, harapannya untuk menyudahi kepresidenan Trump tidak semulus yang diprediksi. Hasil yang diraihnya lebih buruk dari perkiraan di sejumlah negara bagian dan blok pemilih.
Baca juga: Trump Klaim Menang Pilpres AS, Rekannya di Partai Republik Tertekan
Hasil terbaru dari Associated Press, Rabu pagi pukul 4 setempat (04/11/2020) menunjukan Biden unggul tipis dengan 238 electoral votes melawan 213 yang dimenangkan Trump.
Diperlukan minimal 270 electoral votes untuk memenangkan pilpres AS.
Siapa pemenang pilpres baru akan diketahui paling cepat akhir pekan ini karena sejumlah negara bagian terutama swing states yang belum melaporkan hasil akhir memerlukan waktu untuk menghitung surat suara lewat pos
Adapun tingginya surat suara pos adalah karena masih mengganasnya penyebaran pandemi Covid-19.
Untuk mencegah menumpuknya pemilih pada hari pemungutan suara, mayoritas pemilih terutama pendukung Partai Demokrat memilih untuk memberikan suara lebih awal lewat pos.
Baca juga: Pilpres AS: Dampak terhadap Ekonomi Indonesia dan Konflik Laut China Selatan
Biden dan Trump saat ini menunggu dengan berdebar untuk mengamankan kemenangan mereka. Kuncinya ada di swing states krusial Rust Belt dan swing states Sun Belt.
Total 7 negara bagian dan 1 distrik kongresional belum dapat memproyeksikan siapa pemenang.
Di antaranya adalah trio Rust Belt, Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan. Trump saat ini memimpin di ketiga negara bagian itu. Namun dia berpotensi kehilangan keunggulannya ketika perhitungan suara suara pos dimulai.
Hasil yang sangat ketat juga terlihat di dua swing states Sun Belt.
Baca juga: Pilpres AS: Bagaimana jika Trump dan Biden Tak Memperoleh 270 Electoral College sebagai Syarat?
Kedua capres hanya terpisahkan 1,4 persen dan 2,2 persen masing-masing di Carolina Utara dan Georgia.
Trump juga unggul di kedua negara bagian ini. Namun seperti swing states Rust Belt hasil akhir masih tidak pasti karena surat suara pos.
Sisanya adalah Nevada yang difavoritkan dimenangkan Biden serta Alaska dan Distrik Kongresional ke-2 Maine di mana Trump diprediksi akan menang.
Tanda-tanda hasil pemilu tidak akan diketahui cepat sudah tercium ketika Trump secara mengejutkan menang mudah di negara bagian Florida.
Walau agregasi survei oleh FiveThirtyEight menunjukan dia tertinggal 2,5 poin, Presiden berusia 74 tahun ini berhasil menang dengan jarak 3,4 poin. Selisih ini sangat tinggi karena hasil pilpres di Florida selalu sangat ketat terpisahkan 1-2 poin.
Kegagalan Biden membirukan Florida disebabkan hasil buruk mengejutkan yang diraihnya di kalangan blok pemilih Hispanik.
Baca juga: Trump Klaim Menang Pilpres AS meski Penghitungan Belum Selesai
Misal di distrik Miami-Dade yang didominasi pemilih Hispanik, Biden hanya menang dengan selisih 7 poin. Padahal Hillary Clinton unggul telak 30 poin di distrik ini pada pilpres 2016.
Kekalahan di Florida sekaligus mengubur ambisi Biden untuk menyapu Sun Belt dan meraih kemenangan setelah dini hari waktu bagian timur AS.
Mengobati luka di Florida, politisi kawakan berusia 77 tahun itu berhasil merebut Arizona yang merupakan basis tradisional Republik dari tangan Trump. Hasil terbaru menunjukan dia unggul nyaman dengan lma poin.
Kemenangan di Arizona krusial bagi Biden untuk mempersempit skenario peta kemenangan Trump.
Baca juga: Kunci Pilpres AS 2020: Demografi
Biden masih favorit tipis untuk menjadi presiden baru AS.
Skenario pertama yang paling realistis baginya adalah menyapu trio Rust Belt yang akan memberikannya 290 electoral votes.
Jika misal dia gagal menyapu trio Rust Belt terutama Pennsylvania yang paling rawan dan juga gagal memenangkan Carolina Utara dan Georgia, suami Jill Biden itu masih akan menjadi pemenang dengan tepat 270 electoral votes.
Baca juga: Pilpres AS: Joe Biden Janjikan Pendukungnya Mereka Bakal Menang
Tentunya jika Biden berhasil membalikan ketertinggalannya di Georgia dan Carolina Utara, terlepas dari hasil Rust Belt, dia berpeluang sangat besar akan meraih kemenangan.
Sementara itu Trump tetap berpeluang melanjutkan empat tahun kepresidenannya namun jalan yang harus dimenangkannya sangat sempit.
Dia harus mempertahankan keunggulannya di Georgia dan Carolina Utara. Kegagalan memenangkan kedua negara bagian itu akan memperumit peluangnya.
Kunci berikutnya yang paling aman bagi taipan real estate itu dalah menyapu bersih trio Rust Belt yang akan memberikannya 294 electoral votes.
Jika misalnya dia gagal menyapu bersih, Trump tetap dapat terpilih dengan syarat dia harus memenangkan Pennsylvania. Kekalahan di Pennsylvania akan memastikan Trump harus meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2021.
Baca juga: Pilpres AS: Percobaan Ketiga Joe Biden demi Menjadi Presiden
Beberapa hari ke depan akan menjadi jarak pemisah Gedung Putih antara Biden dan Trump
Salah satu skenario yang berpotensi terjadi adalah Mahkamah Agung AS memutuskan hasil pilpres jika kedua pihak mengajukan gugatan kekalahan, terutama di swing states yang berjarak sangat ketat. Gugatan sangat mungkin mengenai validasi dan keabsahan dari surat suara pos.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.