WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) merespons keputusan China yang menjatuhkan sanksi kepada sejumlah perusahaan karena menjual senjata ke Taiwan.
pada Senin (26/10/2020), Beijing menyatakan bakal menghukum pabrikan Lockheed Martin serta divisi pertahanan pada raksasa aviasi Boeing.
Keputusan itu dibuat setelah dua perusahaan itu terlibat dalam kesepakatan penjualan rudal kepada Taiwan senilai hampir 2 miliar dollar AS (Rp 29,3 triliun).
Baca juga: Media China Sebut Jet Tempur Beijing Wajib Terbang di Atas Taiwan
"Ini tentu bukan pertama kalinya Beijing mengancam sanksi kepada perusahaan AS," kata R Clarke Cooper, pejabat kementerian luar negeri yang bertanggung jawab atas penjualan senjata.
Cooper menuturkan kepada awak media, tentunya "Negeri Panda" akan menyikapi penjualan senjata itu dengan ancaman sanksi dan provokasi.
Berdasarkan perjanjian bilateral, Washington bertanggung jawab untuk menyediakan pertahanan diri bagi Taiwan, yang diklaim sebagai provinsi oleh China.
Dalam beberapa bulan terakhir, jet tempur "Negeri Panda" semakin sering memasuki wilayah udara pulau dengan pemerintahan mandiri itu.
Bahkan militer China juga merilis film propaganda yang memperlihatkan simulasi serangan, sebagaimana diberitakan AFP Rabu (28/10/2020).
Baca juga: AS Jual Paket Rudal ke Taiwan Seharga Rp 35 Triliun, Begini Kecanggihannya
Cooper menjelaskan, Beijing harusnya sudah lama mengetahui bahwa "Negeri Uncle Sam" punya obligasi untuk menjual senjata kepada Taipei.
"Keamanan mereka merupakan kunci mempertahankan stabilitas yang ada di kawasan Indo-Pasifik," jelas si pejabat kemenlu itu.
Dia menekankan perilaku bullying yang diperlihatkan oleh Beijing adalah bentuk provokasi karena Taipei hanya berusaha memperkuat dirinya.
"Pada intinya, kami harus memastikan bahwa Taiwan tidak bisa dirundung atau dilecehkan oleh China," papar Cooper kembali.
Baca juga: Jual Senjata ke Taiwan, 3 Perusahaan Ini Disanksi China
Selama ini Beijing, yang sudah mengalahkan kaum nasionalis dalam perang saudara 1949, menganggap Taiwan sebagai wilayah yang harus segera disatukan.
Namun sejak AS diperintah oleh Presiden Donald Trump, Washington makin sering menyuarakan dukungan bagi Taipei, termasuk melalui dua kunjungan pejabat senior.
Bahkan Joe Biden, penantang Trump dalam Pilpres AS, dalam opininya di World Journal, koran etnis Tionghoa di AS, dia berjanji meningkatkan relasi dengan Taipei.
Biden memuji Taiwan terdepan dalam demokrasi, pembangkit teknologi, sekaligus bagaimana cara mereka dalam menangani virus corona.
Baca juga: Taiwan: Impor Senjata Rp 26,4 Triliun dari AS, Bukan untuk Berlomba dengan China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.