Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Pro-Kerajaan Thailand Turun ke Jalan, Bentrok dengan Mahasiswa

Kompas.com - 22/10/2020, 16:53 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com - Sejumlah massa pro-kerajaan Thailand turun ke jalan dan bentrok dengan pengunjuk rasa anti-pemerintah yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa.

Bentrokan terjadi pada Rabu (21/10/2020) saat tuntutan reformasi monarki dan desakan mundurnya Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha meningkat.

Ribuan pengunjuk rasa juga berkumpul di Monumen Kemenangan di pusat kota Bangkok, untuk menentang dekrit darurat melarang perkumpulan lebih dari empat orang. Dekrit itu telah dicabut hari ini (22/10/2020).

Baca juga: Warga Thailand Ultimatum PM Prayut Chan-o-cha untuk Mengundurkan Diri dalam 3 Hari Ini

Diberitakan Channel News Asia, sebuah kelompok royalis berkumpul di Universitas Ramkhamhaeng untuk menunjukkan dukungan ke Raja Maha Vajiralongkorn.

Akan tetapi ketegangan meningkat saat para pengunjuk rasa mahasiswa berkumpul di dekatnya.

Massa pro-kerajaan yang berpakaian kuning berkonfrontasi dengan para mahasiswa. Mereka saling mencaci yang berlanjut aksi pelemparan botol serta benda-benda lain.

Mahasiswa akhirnya mundur dan polisi datang untuk melerai.

Baca juga: Gagal Redakan Demo, PM Thailand Cabut Dekrit Darurat

"Kami menang hari ini," teriak para royalis dikutip dari Channel News Asia.

Demo Thailand berlangsung hampir tanpa kericuhan sejauh ini, kecuali insiden pekan lalu saat polisi antihuru-hara menembakkan water cannon ke arah demonstran.

Juru Bicara kepolisian Yingyos Thepjumnong berkata, semua kelompok akan diperlakukan sama.

"Kami siap menghadapi kejutan besar setiap hari. Kami perlu menyeimbangkan penegakan hukum dengan perdamaian dan keamanan sosial, tidak peduli siapa yang berkumpul."

Baca juga: Diduga Berbahan Kimia, Water Cannon Polisi Thailand Bikin Mata Perih

Demo besar ini menggoyang pemerintahan Thailand, meski ada undang-undang lese majeste yang dapat menjebloskan penghina kerajaan ke penjara 15 tahun.

Saat demo dimulai pada Juli, demonstran awalnya menuntut adanya UU baru dan mundurnya PM Prayut. Mereka menuduhnya mempertahankan kekuasaan dengan merekayasa pemilu.

Istana Kerajaan memiliki kebijakan untuk tidak berkomentar ke media dan tidak berkomentar atas protes atau tuntutan para pengunjuk rasa.

Baca juga: Terus Beritakan Aksi Anti-Pemerintah, Pemerintah Thailand Tutup Kantor Berita Ini

Beberapa ribu demonstran yang mayoritas pelajar dan pemuda, menyatakan akan menuju kantor Prayut di Gedung Pemerintah dari Monumen Kemenangan.

"Pemerintah seharusnya mengundurkan diri. Masa depanku akan menjadi bencana," kata seorang siswa berusia 16 tahun yang menyebut namanya Put.

"Aku hanya seorang pelajar tapi aku punya hak agar suaraku didengar juga."

Baca juga: Semakin Ditekan Demonstran, PM Thailand Panggil Kembali Parlemen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com