Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Pelaku Pemenggalan Guru di Perancis Minta Maaf dan Sampaikan Belasungkawa

Kompas.com - 18/10/2020, 15:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

PARIS, KOMPAS.com - Keluarga remaja 18 tahun yang menjadi pelaku pemenggalan guru di Perancis menyatakan permintaan maaf dan belasungkawa kepada publik.

Si pengajar bernama Samuel Paty dipenggal oleh Abdoullakh Anzorov di dekat sekolah tempatnya mengajar pada Jumat sore waktu setempat 916/10/2020).

Dia dibunuh setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam pengajaran mengenai kebebasan berekspresi, dan menuai kemarahan orangtua murid.

Baca juga: Beredar Foto Abdoullakh Anzorov, Remaja Chechnya 18 Tahun Pemenggal Guru di Perancis

Anzorov, yang lahir di Rusia dan berasal dari etnis Chechen, ditembak mati polisi yang menghadapinya sekitar 600 meter dari lokasi kejadian.

Dalam wawancara dengan media Perancis BFMTV, paman Anzorov bersikukuh keponakannya "tidak akan mungkin pergi dan memenggal kepala orang begitu saja".

"Dia sangat bijaksana.Dia begitu baik kepada semua orang. Tidak ada hal negatif tentangnya," ujar si paman dikutip The Sun Minggu (18/10/2020).

Paman Anzorov mengatakan, jika saja remaja 18 tahun itu disusupi paham radikal, tentunya keluarganya bisa paham dan segera bertindak.

Si paman menuturkan jika saja Anzorov masih hidup, dia akan segera menasihatinya dan menanyakan apa yang ada dalam pikirannya hingga tega berbuat seperti itu.

Dia mengatakan bersama ayah Anzorov, mereka jelas akan meminta Anzorov untuk berhati-hati dan tak membuat masalah di luar rumah.

Baca juga: 4 Fakta Guru Dipenggal di Perancis karena Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad

Keluarganya menekankan bahwa mereka bukan pembunuh menyikapi aksi Anzorov, seraya menuturkan mereka tidak pernah mengajarinya hal buruk.

Si paman kemudian meminta maaf kepada seluruh publik "Negeri Anggur". "Kami minta maaf. Komunitas Chechen tidak seperti itu," ujar dia.

"Si guru sudah melakukan pekerjannya dengan baik. Saya tidak mempunyai keberatan terhadapnya. Saya benar-benar minta maaf. Kami harusnya bersyukur kepada Perancis."

Berdasarkan keterangan penyidik, pembunuhan itu terjadi setelah ada orangtua murid yang tidak terima dengan cara pengajaran Samuel Paty.

Baca juga: Kasus Guru di Perancis Dipenggal, Pelaku Minta Ditunjukkan Samuel Paty

Orangtua siswa tersebut kemudian mengunggah identitas si pendidik sekaligus alamat sekolah tempatnya mengajar, seraya bersikeras dia sudah "kelewatan".

Jaksa kontra-terorisme Jean-Francois Ricard berujar, Anzorov datang ke "Negeri Anggur" dalam status sebagai pengungsi.

Dia mendapatkan izin tinggal selama 10 tahun, di mana selama ini dirinya tidak pernah diketahui oleh intelijen "Negeri Anggur".

Abdoullakh Anzorov kemudian mengunggah perbuatan kejinya di internet setelah memenggal Paty, disertai hinaan terhadap Perancis.

Baca juga: Identitas Guru yang Dipenggal di Perancis Terungkap, Disukai oleh Muridnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com