Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gencatan Senjata antara Armenia dan Azerbaijan Masih Diwarnai Serangan Rudal dan Tembakan

Kompas.com - 12/10/2020, 13:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Namun, Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan kemudian menggambarkan pembicaraan itu sebagai "agak sulit" dan mengatakan Armenia ingin Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai negara merdeka.

Pejabat Karabakh, yang mendeklarasi diri atas jabatannya, menggemakan seruan ini dan menuduh Azerbaijan menggunakan pembicaraan gencatan senjata sebagai kedok untuk mempersiapkan serangan baru.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Azerbaijan Jeyhun Bayramov mengatakan tidak cukup banyak tekanan yang diberikan kepada Armenia selama pembicaraan dan situasi di Nagorno-Karabakh tidak bisa tetap seperti itu.

Baca juga: Baru 5 Menit Gencatan Senjata Sudah Baku Tembak Lagi, Azerbaijan-Armenia Saling Tuduh

Azerbaijan mengharapkan untuk menguasai lebih banyak wilayah dan gencatan senjata hanya akan berlangsung selama Palang Merah mengatur agar jenazah ditukar, katanya.

Turki, yang mendukung Azerbaijan, mengatakan gencatan senjata adalah "kesempatan terakhir" Armenia untuk menarik pasukan dari wilayah sengketa.

Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia dan keduanya merupakan anggota aliansi Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Namun Moskwa juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan.

Baca juga: Rudal Azerbaijan Hantam Ibu Kota Karabakh Sesaat Jelang Gencatan Senjata

Apa yang terjadi setelah gencatan senjata diberlakukan?

Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan pasukan Azerbaijan meluncurkan serangan lima menit setelah gencatan senjata diberlakukan, dengan pasukan etnis Armenia merespons. Pasukan Azerbaijan juga membombardir sebuah kota, kata kementerian pertahanan.

Sementara itu, kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan Armenia "secara terang-terangan melanggar rezim gencatan senjata" dan menembak ke wilayah Azerbaijan di Terter dan Agdam. Armenia membantahnya.

Ada juga pertempuran sengit menjelang gencatan senjata. Otoritas etnis Armenia yang mendeklarasikan diri di Nagorno-Karabakh mengatakan Azerbaijan menembakkan rudal ke lingkungan sipil di kota utama, Stepanakert, sementara Armenia menuduh pasukan Azerbaijan meningkatkan serangan drone.

Sementara itu, Azerbaijan mengatakan Armenia telah menyerang daerah berpenduduk di dekat Nagorno-Karabakh dan mengatakan pihaknya membalas tembakan.

Pada hari Kamis, Armenia menuduh Azerbaijan sengaja menembaki katedral bersejarah di Nagorno-Karabakh. Gambar-gambar menunjukkan kerusakan serius di Holy Saviour Cathedral di kota Shusha (dikenal sebagai Shushi dalam bahasa Armenia).

Baca juga: Usai Berunding 11 Jam, Azerbaijan-Armenia Sepakat Gencatan Senjata

Pada saat yang sama, Azerbaijan mengatakan bahwa kota terbesar kedua, Ganja, dan wilayah Goranboy telah dihancurkan oleh pasukan Armenia, dengan setidaknya satu warga sipil tewas.

Berbicara kepada BBC awal pekan ini, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan memperingatkan tentang "genosida" di wilayah itu, dan mengatakan itu adalah "Armenia, tanah orang Armenia".

Bentrokan itu telah membuat setengah dari populasi Nagorno-Karabakh - sekitar 70.000 orang - mengungsi, menurut kata para pejabat.

Stepanakert telah mengalami beberapa hari penembakan dengan penduduk yang berlindung di ruang bawah tanah dan sebagian besar kota dibiarkan tanpa listrik.

Armenia dan Azerbaijan berperang memperebutkan Nagorno-Karabakh pada 1988-1994, akhirnya mengumumkan gencatan senjata. Namun, mereka tidak pernah mencapai penyelesaian dalam perselisihan tersebut.

Baca juga: Serangan Pesawat Nirawak Azerbaijan Jadi Tanda Pertempuran Tahap Baru Setelah 30 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com