KOMPAS.com - "Saya tidak akan tinggal di tempat lain," kata Harold Green kepada BBC beberapa tahun lalu.
Pulau Tristan da Cunha, atau disebut TDC bagi penduduk setempat, bukanlah tempat bagi para penakut.
Butuh keberanian yang luar biasa untuk ke dan tinggal di sana. Jika Anda ingin melihat sendiri pulau berpenghuni yang paling terpencil di dunia, berikut caranya:
Baca juga: Ada Pulau Terlarang di Inggris yang Dikenal Deadmans Island
Selain itu, memang ada cara lain yaitu menggunakan perahu "cepat": hanya enam hari perjalanan dengan Kapal SA Agulhas - tapi masalahnya adalah kapal itu hanya sekali setahun mengarungi perjalanan sejauh 2.810 kilometer, ditambah lagi ruangan dalam kapal sangat terbatas.
Atau, Anda bisa menumpang ke salah satu dari sedikit kapal penangkap ikan yang datang dan pergi. Tidak ada akses pesawat terbang ke sana.
Begitulah sulitnya menuju atau meninggalkan Tristan de Cunha.
Baca juga: 2 Ledakan di Pulau Jolo Tewaskan 14 Orang, Filipina Tuding Abu Sayyaf Pelakunya
Total penduduk yang hidup di Tristan da Cunha adalah 245 jiwa (133 perempuan dan 112 pria - berdasarkan hitungan terakhir). Mereka tinggal di sebuah pemukiman yang bernama Edinburgh of the Seven Seas.
Pemukiman ini memiliki kafe, aula acara sosial, kantor pos, dan pub bernama The Albatross.
Ada juga rumah sakit kecil yang cukup modern dan sekolah yang kecil.
"Kecuali jika meninggalkan pulau, Anda akan segera menyadari bahwa teman di sekolah waktu kecil adalah teman bersama hingga tua dan selama sisa hidup Anda," Alasdair Wyllie, yang sampai saat ini tinggal dan bekerja di sana sebagai penasihat pertanian kepada BBC.
Mungkin tidak mengherankan, jika Anda seorang Tristanian, sebutan untuk penduduk lokal, kemungkinan besar Anda akan bangga menjadi keturunan salah satu dari enam nama keluarga di pulau utama: Lavarello, Repetto, Rogers, Swain, Green atau Glass.
Hanya ada dua orang penduduk yang tidak lahir di pulau ini, yaitu seorang pria dan seorang perempuan yang bertahun-tahun lalu menikah dengan penduduk pulau dan memutuskan untuk tinggal bersama keluarga baru mereka.
Ada juga seorang dokter dan guru yang datang dan pergi bergantian dari Inggris, karena pulau ini masuk dalam Wilayah Luar Negeri Inggris.
Baca juga: Setelah 300 Tahun, Pulau Eksotis Ini Akhirnya Dibuka untuk Umum
"Sangat sepi di sini, bahkan Anda bisa mendengar rumput tumbuh," kata Harold, yang mencintai kedamaian dan ketenangan kampungnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.