Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Turki Desak Presiden Erdogan untuk Lawan Eropa

Kompas.com - 15/09/2020, 12:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Peningkataan perlawanan Turki terhadap negara-negara Eropa tercermin dalam sikap konfrontasi tentaranya yang dapat segera mengakibatkan bentrokan militer di wilayah Mediterania Timur.

Potensi tinggi terjadinya bentrokan karena Perancis dan Yunani bersiker menolak tindakan ilegal Turki yang bertujuan mengeksploitasi kekayaan minyak dan gas alam di Mediterania Timur, dengan mengorbankan negara-negara lain di kawasan, terutama Yunani.

Melansir The Arab Weekly pada Sabtu (12/9/2020), latihan udara militer Turki di atas pulau Gallipoli membawa pesan yang mengancam kepada orang Eropa, dan pengingat akan Pertempuran Gallipoli yang terkenal selama Perang Dunia I, di mana pasukan koalisi Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Perancis, mengalami kekalahan telak.

Dalam Perang Dunia I, Eropa gagal menginvasi Istanbul, ibu kota Kesultanan Utsmaniyah pada saat itu, yang merupakan gerbang kunci bagi bangsa Eropa untuk mencapai bagian timur laut Kesultanan Utsmaniyah yang ingin digunakan dalam mendukung Rusia melawan pasukan Jerman.

Turki sensitif terhadap aliansi Yunani-Perancis, karena peristiwa yang terjadi pada 1919 dan 1922, yang mana aliansi itu mampu menguasai sebagian besar wilayah Turki dan bahkan mencapai gerbang Ankara.

Baca juga: Siprus Mengutuk Latihan Militer Turki, Mediterania Timur Makin Tegang

Tindakan aliansi itu mendorong pemimpin Turki Kemal Ataturk untuk melancarkan perlawanan, setelah memobilisasi seluruh penduduk Turki.

Pada 1922, tentara Turki melancarkan kampanye pembersihan etnis yang menyebabkan pembakaran sebagian besar lingkungan Kristen di kota Izmir, dan salah satu hasil dari kampanye ini adalah pembentukan Turki modern.

Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar merilis foto menantang dirinya duduk di dalam jet tempur F-16 di pangkalan udara militer di Eskisehir, Turki barat, selama penerbangan pelatihan di atas semenanjung Gallipoli.

Foto Akar memperkuat argumen yang mengklaim bahwa para pemimpin militer garis keras di Turki adalah orang-orang yang mengarahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan lebih dari yang dia arahkan.

Hal itu didorong karena sekuleris di antara mereka telah disingkirkan, dengan alasan telah dicurigai terlibat dalam percobaan kudeta pada Juli 2016 yang gagal.

Baca juga: Erdogan ke Presiden Perancis: Jangan Main-main dengan Turki

"Erdogan adalah bagian dari aliansi dengan pensiunan ekstremis dan perwira militer anti-Barat," kata penulis politik Turki Ilhan Tanir.

“Ini adalah perwira yang sama yang mempertahankan kebijakan ekspansionis di Laut Aegea, Mediterania, dan laut lainnya, dan mempromosikan perjanjian maritim dengan Libya," tambahnya.

Tanir melanjutkan bahwa hubungan antaranggota aliansi itu, saling menguntungkan, karena Erdogan menerima persetujuan untuk kebijakannya di Libya dan pensiunan perwira militer mendapatkan pengakuan, pengaruh, dan selebriti.

Tanir mengatakan kepada The Arab Weekly bahwa sejak percobaan kudeta pada 2016, “Erdogan telah mampu menekan oposisi di media, tentara dan negara, dan ketika mantan Kepala Staf Hulusi Akar menjadi Menteri Pertahanan, Erdogan memperoleh kendali yang lebih besar atas tentara."

"Jadi, Erdogan tidak mengadopsi dasar-dasar pengawasan dan keseimbangan di jajaran sipil atau militer," kata Tanir.

Baca juga: Bahrain-Israel Damai: Mesir Gembira, Turki dan Iran Murka

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com