Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudan Putuskan Pemisahan Agama dan Negara dalam Sistem Pemerintahannya

Kompas.com - 07/09/2020, 06:47 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Gulf News

KHARTOUM, KOMPAS.com - Sudan yang telah mengakhiri hukum Islam di dalam sistem pemerintahan negara itu kini memutuskan untuk memisahkan aturan agama dengan negara.

Kesepakatan itu muncul kurang dari sepekan usai pemerintah berdamai dengan kaum pemberontak, menurut Gulf News, Minggu (6/9/2020).

Pemerintah transisi Sudan sepakat untuk memisahkan agama dari negara, mengakhiri 30 tahun pemerintahan Islam di negara Afrika Utara itu.

Baca juga: Heboh, Kuburan Massal Diduga Berisi Perwira Militer Korban Pembantaian Ditemukan di Sudan

Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok dan pemimpin kelompok pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Utara, Abdel Aziz Al Hilu, menandatangani deklarasi di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, pada Kamis kemarin dengan mengadopsi prinsip tersebut.

"Agar Sudan menjadi negara demokratis di mana hak-hak semua warga negara dijunjung, konstitusi harus didasarkan pada prinsip 'pemisahan agama dan negara,'" ungkap dokumen tersebut.

Kesepakatan itu dilakukan kurang dari seminggu setelah pemerintah transisi memulai kesepakatan damai dengan pasukan pemberontak dengan harapan penyudahan pertempuran yang melanda Darfur dan bagian lain Sudan di bawah diktator yang digulingkan, Omar Al Bashir.

Baca juga: 20 Petani Ditembak Mati, Ini Sejarah Singkat Konflik Darfur

 

Kelompok yang lebih besar dari dua faksi di Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Utara, yang telah memerangi pasukan Sudan di negara-negara perbatasan negara, telah menolak untuk menandatangani perjanjian apa pun yang tidak menjamin sistem sekuler.

Sudan sedang bangkit dari isolasi internasional sesegera mungkin setelah Omar Al Bashir merebut kekuasaan pada tahun 1989 dan menerapkan pemahaman garis keras terhadap hukum Islam yang berusaha menjadikan negara itu "pelopor dunia Islam."

Al Qaeda dan Carlos the Jackal pernah menetap di sana. Menurut Amerika Serikat (AS) Sudan adalah penyokong teror pada 1993, kemudian menjatuhkan sanksinya hingga 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Global
PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

Global
[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

Global
Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Global
Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Global
Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Global
Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Global
Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com