DIJON, KOMPAS.com - Seorang pria di Perancis berjanji bakal menyiarkan kematiannya di media sosial, setelah menderita penyakit yang tak bisa sembuh.
Lelaki bernama Alain Cocq itu mulai menolak makanan, minuman, dan obat setelah Presiden Emmanuel Macron menolak permintaanya soal eutanasia.
Cocq, menderita kondisi yang membuat dinding pembuluh darahnya saling menempel, mengatakan bahwa hidupnya kurang dari sepekan lagi.
Baca juga: Karena Kisah Ini, Klinik di Belanda Kebanjiran Permohonan Eutanasia dari Luar Negeri
Karena itu, dia bakal menyiarkan kematiannya sendiri pada Sabtu pagi waktu setempat, seperti diberitakan kantor berita AFP (5/9/2020).
Dalam tulisannya di Facebook pada tengah malam, Cocq menuturkan bahwa "jalan menuju pembebasan telah dimulai dan dia merasa senang".
Dia juga mengaku sudah menghabiskan "makanan terakhirnya". "Saya tahu hari-hari ke depannya bakal sulit. Tapi saya sudah tenang karena memutuskannya," kata dia.
Cocq mengungkapkan, dia sudah menulis surat kepada Macron agar dia menjalani eutanasia, sehingga dia akan mati dalam damai.
Tetapi Macron kemudian memberikan tanggapan berisi penolakan, di mana dia menerangkan permintaan itu tidak bisa dilakukan berdasarkan hukum Perancis.
Pria 57 tahun itu menjadi perhatian di tengah situasi pasien mengalami sakit parah, tapi tak diizinkan meninggal sesuai keinginan mereka di "Negeri Anggur".
Baca juga: Buaya Raksasa di Georgia Berakhir Eutanasia karena Masalah Kesehatan
Dalam surat jawaban yang diunggah ke Facebook Cocq, Macron memaparkan karena dia patuh hukum, dia tak bisa meloloskan permintaanya.
"Permintaan Anda adalah bantuan aktif untuk mati yang tak sesuai dengan hukum di sini. Jadi, saya tak bisa meminta siapa pun memenuhinya," jelasnya.
Cocq menuturkan, dia memutuskan menyiarkan kematian di media sosial untuk menunjukkan kepada Perancis "rasa sakit" atas penolakan tersebut.
Karena itu, dia bakal menampilkan momen sebelum dia meninggal, di mana dia memerkirakan "bakal memakan waktu empat sampai lima hari".
Sebuah grup pendukung menyatakan mulai Jumat malam (4/9/2020), dia tidak akan lagi makan, minuman, atau mengonsumsi obat kecuali pereda rasa sakit.
Baca juga: Jelang Eutanasia, Ini Kegiatan Profesor Australia Usia 104 Tahun di Swiss
Cocq mengatakan, dia berharap dengan dirinya menderita, maka para politisi di masa depan bakal tergerak untuk mengubah hukum yang berlaku.