Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darurat, AS Izinkan Terapi Plasma Darah untuk Obati Pasien Virus Corona

Kompas.com - 24/08/2020, 07:46 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Otoritas Amerika Serikat (AS) pada Minggu (23/8/2020) mengumumkan otorisasi darurat bagi para dokter untuk menggunakan plasma darah pasien pulih Covid-19 dalam mengobati pasien penyakit tersebut.

Kebijakan itu dibuat oleh Badan Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) saat Presiden Donald Trump menghadapi tekanan besar terkait wabah virus corona di "Negeri Paman Sam".

Wabah ini telah melumpuhkan perekonomian AS, dan menipiskan peluang Trump untuk terpilih lagi pada pemilu 3 November mendatang.

Baca juga: Pria Ini Ditolak Sumbangkan Plasma Darah untuk Pasien Covid-19 karena Gay

Plasma darah tersebut diyakini mengandung antibodi kuat yang bisa membantu melawan penyakit lebih cepat, dan membantu melindungi orang agar tidak terpapar parah oleh Covid-19.

"Produk ini mungkin efektif dalam mengobati Covid-19 dan... manfaat yang diketahui dan potensial dari produk tersebut lebih besar daripada risiko yang diketahui dan berpeluang dari produk itu," kata FDA dalam pernyataan yang dikutip AFP, Senin (24/8/2020).

Pengobatan pasien corona dengan plasma darah sebenarnya sudah diterapkan di AS dan negara-negara lain, tetapi keampuhannya masih diperdebatkan oleh para pakar.

Beberapa dari mereka memperingatkan bahwa cara pengobatan itu dapat membawa efek samping.

"Plasma dari pasien sembuh mungkin berhasil meski masih perlu dibuktikan dalam uji klinis, tetapi tidak sebagai pengobatan penyelamat untuk orang yang sudah sakit parah." kata Len Horovitz, dokter spesialis paru di Lenox Hill Hospital, New York City.

Baca juga: Plasma Darah Pasien Sembuh Virus Corona Dijual sebagai Vaksin Pasif di Pasar Gelap Online

Kampanye sulit Trump

Horovitz melanjutkan, plasma kemungkinan akan bekerja lebih baik setelah seseorang terpapar virus ketika tubuh coba menetralkan infeksi.

Masalahnya adalah pasokan plasma terbatas, yang berarti akan sulit mendapatkan cukup darah untuk mengobati semua orang di tahap awal penyakit.

Trump berkata ke wartawan, terapi itu menunjukkan "tingkat keberhasilan yang luar biasa" dan "akan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung banyaknya".

Dikabarkan AFP, apa yang dikatakannya jauh berbeda dari peringatan para pejabat kesehatannya.

Baca juga: Selain AS, Perancis Juga Akan Uji Coba Transfusi Plasma Darah dari Pasien Sembuh Covid-19

Kemudian, saat ditanyai reporter untuk menjelaskan kontradiksi tersebut, Trump melemparkan pertanyaan ke salah satu ahlinya lalu mengakhiri konferensi pers.

FDA sudah mengizinkan transfusi plasma darah pasien sembuh corona untuk pasien Covid-19 dalam kondisi tertentu, seperti pasien uji klinis dan yang sakit parah.

The Washington Post memberitakan, lebih dari 70.000 pasien virus corona di AS telah menerima transfusi tersebut.

Trump dibanjiri kritik karena penanganannya terhadap pandemi virus corona di AS yang masih tertinggi dalam total kasus dan jumlah kematian.

Tanpa vaksin atau pengobatan yang efektif, Trump diyakini akan kesulitan menyaingi Joe Biden dari Partai Demokrat pada pemilu 3 November mendatang.

Baca juga: Pasien Sembuh Covid-19 di AS Akan Donasi Plasma untuk Penelitian Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com