Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalis Ini Tunggu 5 Tahun untuk Berikan Pertanyaan ke Trump: Apa Anda Menyesal Sudah Berbohong?

Kompas.com - 17/08/2020, 12:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang jurnalis AS mengungkapkan, dia sudah menunggu lima tahun untuk mengajukan kepada Presiden Donald Trump, apa dia menyesal sudah berbohong.

Semua berawal ketika sang presiden memberikan konferensi pers terkait virus corona dan calon rivalnya di Pilpres AS, Joe Biden.

Di tengah-tengah berbicara itu, jurnalis asal Huffington Post, SV Date, mengajukan pertanyaan yang membuat Trump bahkan terkejut.

Baca juga: Trump Akan Aktifkan Lagi Sanksi PBB ke Iran dengan Snapback, Apa Itu?

"Tuan Presiden, setelah 3,5 tahun, apakah Anda menyesal sudah berbohong kepada rakyat AS?" tanya Date seperti dikutip Global News pekan lalu.

"Menyesal soal apa?" balas Trump. "Segala kebohongan, segala ketidakjujuran yang Anda sampaikan," jelas koresponden Gedung Putih itu.

Presiden 74 tahun itu kemudian menanyakan apa yang dia maksudkan. "Anda yang melakukan (kebohongan) kepada puluhan ribu orang," kata Date.

Trump berhenti sejenak, sebelum memutuskan mengabaikan pertanyaan itu dan menjawab awak media lain selama konferensi pers.

Dalam kicauannya di Twitter, Date mengaku dia sudah menunggu lama untuk mengajukan pertanyaan itu kepada Trump, yakni selama lima tahun.

Dia menerangkan, dia yakin sang presiden sudah memikirkannya selama beberapa detik. Terlihat dari caranya mengucapkan uuuhh.

Baca juga: Trump Sesumbar Donasikan Gaji untuk Perbaikan Patung Rusak Akibat Amuk Massa

"Dia memutuskan bahwa mungkin saja yang paling tepat saat momen itu adalah dengan tidak menjawabnya," ujar Date dalam video yang ditayangkan Huffington Post.

Date berujar, dia meyakini pada beberapa kesempatan pemimpin dari Partai Republik tersebut tahu dia sering berbohong kepada publik.

Dia melanjutkan memaklumi jika mungkin saja ada wartawan Gedung Putih lainnya yang punya pikiran serupa, namun tidak pernah bertanya.

Sebabnya adalah akses untuk meliput di Gedung Putih. Tapi, dia menuturkan salah satu dari sedikit orang yang masih mengikuti setiap perkataan presiden.

"Penting baginya memberikan informasi akurat. Dia bekerja untuk kami. Di dunia demokrasi, seperti inilah yang ideal," paparnya.

Berdasarkan data dari pemeriksa fakta The Washington Post, selama menjabat Trump sudah membuat sekitar 20.000 kebohongan atau informasi sesat.

Pernyataan keliru itu meliputi sidang pemakzulan dirinya, virus corona yang tengah merebak, hingga kematian pria kulit hitam bernama George Floyd.

Baca juga: Adik Kandung Presiden AS, Robert Trump Meninggal Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com