MANHATTAN, KOMPAS.com - Sekitar 200 demonstran berkumpul di luar Konsulat Lebanon di Manhattan, New York, AS pada Senin (10/8/2020).
Mereka menyerukan agar Konsul Jenderal (Konjen) Abir Taha Audi mengundurkan diri setelah ledakan mengguncang kawasan pelabuhan Beirut, Lebanon, pada Selasa (4/8/2020) pekan lalu.
Para pengunjuk rasa, yang sebagian besar adalah orang Lebanon dan Lebanras aron-Amerika, meneriakkan "Nazi" dan "rasis". Mereka juga menyebut diplomat itu sebagai seorang "fasis".
Selain marah atas ledakan di Beirut, para demonstran juga berang atas tulisan dan komentar Taha Audi mengenai ras Arya sebagaimana dilansir dari Newsweek, Senin.
Baca juga: Istana Bersejarah Berusia 160 Tahun Rusak Parah akibat Ledakan Beirut, Lebanon
Protesters at Lebanese consulate in NY now chanting: “How do you spell racist? Abir Taha!” After consuls Aryan beliefs/writing resurfaced online ahead of demonstration #Lebanon pic.twitter.com/QFL2rxCI9T
— Jason Lemon (@JasonLemon) August 10, 2020
Beberapa pengunjuk rasa ada yang membawa spanduk putih besar bertuliskan "Abir Taha Audi adalah seorang fasis yang mempromosikan supremasi Arya".
Taha Audi mengatakan kepada Newsweek melalui seorang asisten bahwa kritik itu didasarkan pada wawancara “palsu" yang "tidak pernah terjadi".
Asisten itu menyatakan dan bahwa ada banyak berita palsu lain yang beredar tentang Taha Audi.
"Berulang kali (akun) saya diretas. Dan saya memberitahu kementerian tentang hal itu beberapa kali, mereka menyuruh saya melaporkan pembajakan ke Facebook dan hotmail dan memulihkan akun saya yang sebenarnya," tutur Taha Audi.
Baca juga: Pejabat Keamanan Lebanon telah Memperingatkan Presiden soal Potensi Ledakan di Beirut
Demonstran memanggil nama-nama politikus Lebanon gaek lalu mengutuk nama-nama itu setelah setiap nama diucapkan
Nama-nama tersebut termasuk Presiden Lebanon Michel Aoun, Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, dan Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab.
Diab resmi mengundurkan diri pada Senin. Pengunduran dirinya dilakukan di tengah kemarahan rakyat yang menyeruak atas ledakan mematikan di Beirut.
Sementara itu di Lebanon, Beirut diguncang oleh demonstrasi massal selama beberapa hari terakhir.
Sekelompok pengunjuk rasa menyerbu dan menguasai beberapa gedung pemerintahan dan menyatakan bahwa gedung tersebut akan dikembalikan kepada rakyat.
Baca juga: Eksodus Kabinet Lebanon, 5 Menteri dan PM Mundur akibat Ledakan Beirut dan Krisis Ekonomi
Pasukan keamanan menanggapi aksi unjuk rasa dengan gas air mata dan menembak banyak pengunjuk rasa dengan peluru karet.
Pada Sabtu (8/8/2020) sekitar 700 pengunjuk rasa dilaporkan luka-luka.
Para pengunjuk rasa di Manhattan juga menyerukan agar pemerintah Lebanon meletakkan jabatannya.
Sebagai perbandingan, protes di Manhattan berlangsung damai. Hanya ada beberapa petugas kepolisian berjaga-jaga.
Para pengunjuk rasa memainkan drum di jalan ketika orang-orang berteriak menentang pemerintah Lebanon dan beberapa orang lainnya mulai menari.
Baca juga: Resmi, PM Lebanon Hassan Diab Mundur Buntut dari Ledakan Beirut
Salah satu pengunjuk rasa, Sanan Panossian (27), mengatakan kepada Newsweek bahwa bibinya di Beirut menampung korban ledakan yang kehilangan rumah.
Bibinya merasa diberkati karena seluruh keluarganya selamat sekaligus merasa bersedih bagi mereka yang kehilangan orang yang dicintainya.
"Saya tidak tinggal jauh dari sini, dan saya hanya ingin menunjukkan dukungan untuk saudara saya di Lebanon saya," kata Panossian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.