"Yang satunya tidak bisa bertahan atau hidup dengan baik tanpa adanya yang lain," ujar Dr Sophie.
"Hutan dipandang sebagai suatu dunia kehidupan, dunia nenek moyang, sehingga jika hutan hilang, itu bukan hanya kehilangan lingkungan hidup tapi sama dengan kehilangan segalanya bagi orang Marind," tambahnya.
Hal lain yang diungkap dalam tesis Dr Sophie adalah kehadiran perkebunan kelapa sawit yang menimbulkan konflik horizontal di kalangan penduduk Marind.
"Ada pro-kontra dalam masyarakat. Ada yang menerima kompensasi ada pula yang tidak," ujarnya.
Baca juga: Pesawat Jatuh di Papua Nugini, Ternyata Bawa Kokain Senilai Rp 1 Triliun
Menurutnya ada kasus di mana suku Marind menandatangani kontrak dengan pihak perkebunan, tanpa memahami apa konsekuensi dari kontrak tersebut.
Pembukaan lahan untuk program MIFEE sudah berlangsung sejak sekitar satu dekade lalu dan sebagian perkebunan kepala sawit saat ini masih dalam tahap awal pengembangan.
Dari penelitian Dr Sophie terungkap banyak warga suku Marind yang merasa proyek kebun sawit dijalankan tanpa persetujuan mereka.
Hal itu, tak ayal lagi, memicu konflik warga dengan perusahaan, maupun konflik sesama warga sendiri terkait hak atas tanah, kesempatan kerja, serta ganti rugi.
Program MIFEE sendiri, kata Dr Sophie, bukan hanya perlu memperhatikan kepentingan ketahanan pangan nasional tapi juga ketahanan pangan penduduk setempat.
"Dari segi kebijakan, perlu adanya titik temu antara kepentingan pangan nasional dengan kepentingan pangan warga setempat," jelas Dr Sophie yang pernah jadi konsultan badan pangan dunia FAO.
Ia menjelaskan, hilangnya makanan hutan telah menimbulkan persoalan serius bagi ketahanan pangan penduduk Marind.
"Makanan hutan seringkali memiliki keseimbangan nutrisi yang baik. Ada sagu sebagai sumber karbohidrat, ada daging babi dan daging kasuari untuk protein, serta segala macam sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral," ujar Sophie yang juga salah satu pengurus Australian Anthropological Society.
Baca juga: Profil Pilot MAF yang Tewas di Danau Sentani, Antar Bantuan Covid-19
"Meskipun mereka diberi segala macam makanan pengganti tersebut, namun bagi mereka itu tidak bikin kenyang dan tidak punya makna dalam kosmologi mereka," jelas Dr Sophie.
Kelapa sawit membunuh sagu