PYONYANG, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan, berkat senjata nuklir yang dipunyai negaranya, mereka bebas dari ancaman perang.
Pernyataan itu diucapkan sang pemimpin tertinggi dalam konfeerensi nasional veteran untuk memperingati 67 tahun gencatan senjata Perang Korea.
Perang Korea yang dimulai pada 1950 berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953, membuat Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam konflik.
Baca juga: Dapat Hadiah Pistol, Para Jenderal Korea Utara Berfoto Bersama Kim Jong Un
Di Utara, mereka menyebut konflik itu sebagai Perang Pembebasan Tanah Air, dan merayakan hari penghentian tembak menembak sebagai Hari Kemenangan.
"Berkat pertahanan kita yang efektif dan efektif, tak ada lagi perang di tanah ini. Keamanan nasional kita terjamin," jelas Kim Jong Un dikutip KCNA.
Dilansir Yonhap Senin (28/7/2020), Kim menekankan mereka harus terus berbenah untuk menjamin baik pemerintahan hingga rakyat Korut.
"Karena itu, kami tidak akan pernah berhenti untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nasional hingga tak bisa disamai siapa pun," jelasnya.
Pemimpin generasi ketiga dari Keluarga Kim itu mengatakan, tekanan yang dilakukan lawan semakin meningkat setelah perang berakhir.
Kim yang berkuasa sejak 2011 itu menjelaskan karena tekanan itulah, maka dia memutuskan fokus kepada senjata nuklir, yang dalam klaimnya membantu Korut dari ancaman.
Dia menyatakan kini, Korea Utara menjadi negara yang mempunyai pertahanan kuat. Mampu melindungi secara mandiri dari segala tekanan dan ancaman negara lain.
"Perang adalah konflik militer dengan seseorang yang dianggap setara. Kini, tak ada lagi yang merendahkan kita. Jika ada, mereka bakal membayarnya," tegasnya.
Ini merupakan kali pertama sejak 2015, Kim Jong Un memberikan pidato dalam konferensi yang berisi para veteran Perang Korea.
Pengamat mengemukakan, pidato kali ini menitikberatkan pada memperkuat persatuan di tengah ekonomi mereka yang semakin kolaps.
Kolapsnya ekonomi tersebut terjadi karena pandemi virus corona, maupun deraan sanksi dari internasional dikarenakan uji coba senjata nuklir.
Pidato tersebut juga terjadi di tengah merenggangnya relasi Pyongyang dan AS, buntut negosiasi mereka yang tumbang pada Februari 2019 di Hanoi, Vietnam.
Kedua negara gagal mencapai pemahaman seperti apa denuklirisasi yang dilakukan Korut, sehingga sanksi terhadap mereka bisa dicabut.
Baca juga: Kim Jong Un Inspeksi Langsung Pembangunan Peternakan Ayam di Korut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.