Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana TikTok Bisa Terjebak di Pusaran Konflik AS-China?

Kompas.com - 21/07/2020, 17:52 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Dengan unggahan konten nyanyian dan komedi, TikTok telah menjadi fenomena di kalangan anak muda.

Akan tetapi karena kaitannya yang kuat dengan China, TikTok menjadi perusahaan terbaru yang diserang di tengah ketegangan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kian memanas.

India telah memblokir aplikasi ini, sementara AS dan Australia kini sedang mempertimbangkannya.

Baca juga: Karyawannya Diminta Hapus TikTok, Amazon Klarifikasi itu Kesalahan

Apa itu TikTok?

TikTok adalah aplikasi video gratis menyerupai versi durasi lebih singkat dari YouTube. Para penggunanya bisa mengunggah video dengan durasi satu menit dan memilih lagu serta filter tampilan di database aplikasi itu.

Klip komedi dan kutipan film juga ditawarkan untuk ditirukan kepada penggunanya.

Ketika seorang pengguna mendapat lebih dari 1.000 pengikut, mereka bisa menyiarkan secara langsung unggahannya kepada para penggemar dan mendapat hadiah digital yang dapat ditukar dengan uang.

Baca juga: Ingin Hukum China soal Covid-19, Trump Berniat Larang TikTok

10 besar negara dengan jumlah unduh TikTok terbanyak hingga Juli 2020.BBC INDONESIA 10 besar negara dengan jumlah unduh TikTok terbanyak hingga Juli 2020.
Aplikasi ini juga menyajikan video oleh orang-orang yang diikuti pengguna dan, lebih jelasnya, konten yang dipilih aplikasi berdasarkan apa yang telah mereka tonton sebelumnya.

Fitur pribadi juga tersedia bagi para pengguna yang saling mengikuti.

Seberapa besar aplikasi itu?

Sejak awal 2019 aplikasi ini berada di daftar aplikasi yang paling banyak diunduh.

Karantina wilayah atau lockdown juga berjasa dalam pelonjakan pengguna, membuat TikTok dan aplikasi saudaranya Douyin - yang tersedia di China daratan - diunduh 2 miliar kali di seluruh dunia, dengan sekitar 800 juta pengguna

Aplikasi itu paling sering diunduh di India, namun dengan adanya larangan di negara tersebut China saat ini menjadi pasar terbesar diikuti oleh Amerika Serikat.

Baca juga: Setelah India, AS Berniat Blokir TikTok dan Aplikasi Lain asal China

Pendiri ByteDance, Zhang Yiming adalah orang terkaya kesepuluh di Tiongkok, menurut Forbes Rich List.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Pendiri ByteDance, Zhang Yiming adalah orang terkaya kesepuluh di Tiongkok, menurut Forbes Rich List.
Apa kaitan TikTok dengan China?

TikTok bermula dari tiga aplikasi berbeda.

Pertama adalah aplikasi asal AS bernama Musical.ly, yang dirilis pada 2014. Pada 2016, raksasa teknologi China Bytedance meluncurkan aplikasi serupa bernama Douyin.

Bytedance kemudian berekspansi secara global di bawah nama TikTok.

Pada 2018, Bytedance mengakuisisi Muiscal.ly dan melebur aplikasi itu ke dalam operasi TikTok.

ByteDance telah berusaha untuk menjauhkan aplikasi dari kepemilikan China, menunjuk mantan eksekutif senior Disney Kevin Mayer sebagai Chief Executive TikTok.

Baca juga: AS Sambut Baik Keputusan India Larang Aplikasi TikTok

Toutiao adalah salah satu platform populer di China yang menyediakan berita-berita online.BYTEDANCE via BBC INDONESIA Toutiao adalah salah satu platform populer di China yang menyediakan berita-berita online.
Berapa banyak data yang dikumpulkan TikTok?

TikTok mengumpulkan data dari penggunanya yang sangat besar, termasuk:

  • Video yang dilihat dan dikomentari
  • Data lokasi pengguna
  • Model ponsel dan sistem operasi yang digunakan pengguna
  • Irama yang diperlihatkan orang saat mereka mengetik

Beberapa pengumpulan data aplikasi membuat banyak orang heran, termasuk pengungkapan baru-baru ini bahwa aplikasi itu secara teratur membaca clipboard penggunanya.

Tetapi hal ini juga ditemukan pada puluhan aplikasi lain termasuk Reddit, LinkedIn, New York Times, dan aplikasi BBC News, dan tampaknya tidak ada sesuatu yang jahat terjadi.

Sebagian besar koleksi umum TikTok dapat dibandingkan dengan jejaring sosial lain yang haus data seperti Facebook. Namun, Kantor Komisi Informasi Inggris - pengawas privasi - saat ini sedang menyelidiki aplikasi tersebut.

Baca juga: Tiktok Diblokir di India, Bagaimana Nasib Kreatornya?

Mungkinkah China menggunakan TikTok untuk memata-matai publik?

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mencurigai pengguna TikTok berisiko datanya berakhir "di tangan Partai Komunis China".

TikTok berulang kali berkukuh bahwa data yang dikumpulkan dan disimpan di luar China.

"Saran bahwa kita dengan cara apa pun berada di bawah tangan pemerintah China adalah sepenuhnya dan benar-benar salah," Theo Bertram, kepala kebijakan publik TikTok untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika, mengatakan kepada BBC.

Tampilan aplikasi TikTok.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Tampilan aplikasi TikTok.
Bagaimanapun, seperti halnya Huawei, argumen terhadap TikTok tampaknya berdasar pada teori kemungkinan bahwa pemerintah China memaksa ByteDance untuk menyerahkan data pengguna asingnya.

Undang-undang Keamanan Nasional di China pada 2017 memaksa semua organisasi dan penduduk China untuk "mendukung dan bekerja sama dengan operasi intelijen pemerintah".

Bertram mengatakan, jika TikTok didekati oleh pemerintah China, "Kami sudah pasti akan mengatakan tidak pada permintaan data tersebut".

Akan tetapi, ByteDance akan berhati-hati dengan konsekuensi telah membuat Partai Komunis tidak senang.

Baca juga: Diblokir India karena Dituduh Sebar Data Pengguna ke China, TikTok Buka Suara

Aplikasi berita daring Toutiao tidak dapat beroperasi selama 24 jam pada 2017, menurut South China Morning Post, setelah Kantor Informasi Internet Beijing mengatakan platform itu telah menyebarkan "konten porno dan vulgar".

Menolak perintah langsung dari badan intelijen negara itu bisa mendapat konsekuensi terhadap perusahaan itu secara luas dan kepemimpinannya.

Bisakah TikTok digunakan untuk propaganda China?

Kekhawatiran lainnya adalah soal sensor.

China memiliki kebebasan internet yang sangat terbatas di dunia, dengan sistem Great Firewall yang terkenal memblokir bagian-bagian situs bagi warganya.

Tahun lalu, Guardian melaporkan bahwa staf TikTok dan sistem otomatis telah menegakkan aturan moderasi yang menyensor materi yang dianggap sensitif secara politik.

Rekaman di protes Lapangan Tiananmen dan tuntutan kemerdekaan Tibet adalah di antara materi yang dikatakan telah dilarang atau dibatasi.

Pelaporan lebih lanjut dari Washington Post yang berbicara dengan enam mantan karyawan TikTok mengatakan, moderator di China memiliki keputusan akhir tentang apakah video yang ditandai disetujui atau tidak.

ByteDance mengatakan pedoman yang dirujuk sudah dihapus.

Baca juga: Buntut Duel Maut di Perbatasan, India Blokir 59 Aplikasi China Termasuk TikTok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com