Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hukum Islam Dicabut, Puluhan Warga Sudan Protes di Ibu Kota Khartoum

Kompas.com - 19/07/2020, 10:02 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Arab News

 

KHARTOUM, KOMPAS.com - Puluhan warga Sudan protes di ibu kota Khartoum pada Jumat (17/7/2020). Mereka protes terhadap putusan pemerintah yang mereka anggap sebagai anti-Islam.

Keputusan pemerintah Sudan pada Senin lalu (13/7/2020), mengizinkan non-Muslim untuk mengonsumsi minuman beralkohol (miras) dan mencabut hukum cambuk dicap sebagai anti-Islam.

Kementerian Kehakiman Nasredeen Abdulbari mengatakan pada Sabtu kemarin (18/7/2020) bahwa mayoritas Muslim Sudan kini "mengizinkan non-Muslim untuk mengonsumsi minuman beralkohol selama tidak mengganggu ketertiban dan tidak melakukannya di tempat umum."

Baca juga: Sudan Cabut Syariat Islam, Non-Muslim Boleh Minum Miras, Hukum Cambuk Ditiadakan

Dia juga mengatakan bahwa Muslim yang murtad ke agama lain tidak akan didiskriminalisasi.

Pengumuman itu muncul setelah negara itu juga melarang dan memberi pidana bagi mereka yang melakukan sunat terhadap alat kelamin perempuan.

Para pemrotes berkumpul di jalan-jalan ibu kota usai Shalat Jumat kemarin di bagian Timur dan Utara kota itu menurut koresponden dari media Perancis AFP.

Mereka meneriakkan, "Hukum Allah tidak bisa diganti!" dan membawa papan bertuliskan, "Katakan 'tidak' untuk sekulerisme".

Baca juga: Update 13 Juli: 1.175 WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri, 2 Kasus Perdana di Sudan

Pemrotes lainnya mengatakan, "Hamdok, Khartoum bukan New York" seraya menunjuk Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok yang memimpin transisi pemerintahan negara itu.

Hamdok akhir bulan lalu berjanji akan mengumumkan keputusan yang mungkin memiliki 'dampak besar' bagi negara itu.

Akibat demonstrasi itu, pasukan keamanan memblokir jalan-jalan di Khartoum tengah dan di jembatan yang menghubungkan ibu kota itu dengan kota kembarnya, Omdurman.

Sebelum pemerintahan transisi yang dipimpin PM Sudan Abdallah Hamdok itu, Presiden Omar Bashir pada April tahun lalu digulingkan setelah 30 tahun memimpin dan mengatur jalan bagi pemerintahan sipil. 

Baca juga: Potret Singa di Kebun Binatang Sudan: Kelaparan, Kekurangan Gizi dan Mati

Tergulingnya Presiden Omar Bashir terjadi pasca demonstrasi massal sejak Desember 2018 di Sudan. Ekstremis sebagian besar berada di antara demonstrasi nasional itu.

Selama 30 tahun kepemimpinan Bashir, negara itu mengadopsi hukum Islam yang lebih radikal dan menjadi tuan rumah pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden antara 1992-1996.

Rezim Bashir itu juga menerapkan hukum cambuk dan mengirim relawan yang mereka sebut jihadis dalam perang saudara dengan warga Sudan di Selatan.

Amerika Serikat (AS) memasukkan Sudan dalam daftar hitam negara yang mendukung terorisme yang akhirnya menghancurkan perekonomian negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com