Bahkan jika itu terjadi, ia menyebutkan karbondioksida yang mungkin terhirup dalam jumlah kecil.
"Tapi faktanya, itu tidak terjadi begitu saja," ujarnya.
Seorang dokter di South Carolina, Megan Hall bahkan menguji saturasi oksigen dan detak jantungnya sendiri menggunakan pulse oximeter dalam empat situasi, yaitu tanpa topeng, dengan masker bedah, dengan topeng N95, dan dengan kedua topeng.
Baca juga: Orang Kaya India Beli Masker Emas, Harganya Setara 11.400 Porsi Sempol
“Tidak ada perubahan signifikan dalam saturasi oksigen saya dalam skenario apa pun. Meskipun, mungkin tidak nyaman untuk beberapa orang, Anda masih bisa bernapas,” tulis Hall dalam unggahan Facebook.
Dosen Keperawatan untuk Johns Hopkins Biocontainment Unit dan Pakar Praktik Pencegahan Covid-19, Jade Flinn mengatakan mitos masker dapat berbahaya untuk orang yang memiliki gangguan pernapasan, tidak benar.
"Orang-orang mungkin memiliki kecemasan sendiri untuk mengenakan masker, tetapi belum ada bukti medis yang mendukung klaim bahwa masker menyebabkan masalah pernapasan," kata Flinn.
Asisten profesor di Yale School of Medicine, Ellen Foxman menyebutkan masker memiliki berbagai jenis bahan yang bisa memengaruhi keluasaan bernapas. Orang dengan masalah pernapasan, ia sarankan menggunakan masker kain.
"Jika Anda memiliki masker kain, Anda bisa bernafas lebih mudah. Jika Anda memiliki masker N95 yang dikenakan oleh para profesional medis, lebih sulit untuk bernafas karena memiliki pori-pori yang sangat kecil,” terang Foxman.
Foxman mengatakan bahwa orang yang memiliki gangguan pernapasan justru ditekankan untuk menggunakan masker untuk mengahadapi kondisi pandemi virus corona.
Sebab, individu yang memiliki penyakit asma atau penyakit paru-paru kronis, dikatakannya lebih berisiko tinggi terserang Covid-19.
"Masker tidak menyebabkan asma, tetapi mereka yang memiliki masalah pernapasan harus berhati-hati memiliki masker," ujar Foxman.
Baca juga: Peneliti: Orang yang Tidak Memakai Masker Seharusnya Dicap Anti-Sosial
Seorang Ahli Paru-paru di OSF HealthCare, Michael Peil, mengatakan orang-orang yang memiliki gangguan pernapasan, seperti asma harus menghindari penggunaan masker yang ketat.
Kemudian, harus mengonsultasikan kondisinya kepada dokter, jika mereka memiliki masalah dalam pemakaian masker.
“Jika orang memiliki penyakit pernapasan yang sangat parah dan mereka tidak bisa memakai masker kain, mereka harus melepas maskernya secara berkala. Ini akan memungkinkan mereka untuk menyegarkan diri dan lebih merasa nyaman,” kata Peil.
Ketika pandemi virus corona pertama kali menyerang AS, awalnya warga diimbau untuk tidak memakai masker agar pekerja medis memiliki persediaan cukup guna berhadapan dengan virus corona yang dibawa oleh pasien terinfeksi Covid-19.