Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Korban Longsor Tambang Batu Giok: Tolong Kembalikan Ayahku

Kompas.com - 04/07/2020, 16:13 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Tragedi tanah longsor di tambang batu giok di Kota Hpakant, Negara Bagian Kachin, Myanmar, pada Kamis (2/7/2020) meninggalkan kesedihan.

Salah seorang penambang, yang tidak disebutkan namanya, mengenang kembali momen bersama salah satu penambang yang tewas.

Salah satu korban yang tewas tersebut diungkapkannya memiliki hati yang baik karena kedermawanannya selama masa sulit di tambang batu giok.

Korban yang telah tewas itu diakuinya sering membagikan makanan selama masa-masa sulitnya menjadi penambang batu giok.

Sementara itu salah satu anak korban tewas, Hnin Wati, tak sanggup menahan kesedihannya. "Tolong, kembalikan ayahku," ujar Hnin.

Baca juga: Longsor Tambang Batu Giok Myanmar, Ratusan Korban Tewas Pekerja Ilegal

Di sisi lain, beberapa broker batu giok menggalang dana secara daring pada Kamis untuk disumbangkan kepada keluarga korban tewas.

Bencana yang terjadi pada Kamis tersebut mendapatkan perhatian internasional. 

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengungkapkan kesedihan mendalam terhadap korban tewas dan turut berbela sungkawa terhadap keluarga korban.

"PBB siap berkontribusi terhadap upaya pemulihan bagi populasi yang terdampak," ujar juru bicara Antonio Guterres, Stephane Dujarric, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Jumat (3/7/2020).

Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengungkapkan kesedihannya pada Jumat. Dia menyalahkan pengangguran sebagai biang keladi dari bencana tersebut.

Baca juga: [VIDEO] Detik-detik Tambang Batu Giok di Myanmar Longsor dan Tewaskan Ratusan Pekerja

Suu Kyi berbicara melalui siaran langsng di Facebook bersama perwakilan dari industri konstruksi.

Dia menyesalkan para penambang tidak memiliki cara lain untuk menyambung hidup sehingga mereka terpaksa menjadi penambang lepas.

Namun para kritikus menyalahkan perusahaan pertambangan atas bencana tersebut sekaligus menyalahkan lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggar keselamatan kerja. 

Organisasi investigator pemerintah dan korporasi yang berbasis di London, Global Witness, menyebut tanah longsor tersebut sebagai kegagalan pemerintah dalam menangani industri pertambangan yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab.

Global Witness juga menuduh industri pertambangan batu giok di Myanmar didominasi oleh perusahaan-perusahaan kuat yang terkait dengan militer dan kelompok-kelompok bersenjata beserta kroni-kroninya.

Hingga saat ini, jumlah mayat yang berhasil ditemukan sebanyak 166 jenazah. Diyakini masih ada korban yang tertimbun longsor.

Baca juga: Kesaksian Korban Longsor Tambang Batu Giok: Hanya dalam Semenit, Semua Orang Hilang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com