Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut UU Keamanan Nasional, Inggris Panggil Dubes China

Kompas.com - 02/07/2020, 15:54 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Sky News

LONDON, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan telah memanggil Duta Besar (Dubes) China terkait dengan krisis yang terjadi di Hong Kong, Kamis (2/7/2020).

Ini adalah kali kedua seorang Dubes China dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Inggris yang membahas tentang Hong Kong sejak 1997.

Dubes China untuk Inggris, Liu Xiaoming, dipanggil Wakil Menteri Luar Negeri Inggris Sir Simon McDonald untuk rapat beberapa jam, setelah China memberlakukan UU tersebut dilansir dari Sky News, Kamis.

Sir Simon McDonald memanggil Liu untuk menyampaikan "keprihatinan mendalam" atas diberlakukannya UU Keamanan Nasional.

Inggris dan Australia Tawarkan Kewarganegaraan untuk Hong Kong

Dalam deklarasi tersebut, China akan memberi Hong Kong otonomi penuh selama 50 tahun setelah Inggris menyerahkan Hong Kong pada 1997.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menawarkan kewarganegaraan Inggris kepada 2,9 juta warga Hong Kong pada Rabu (1/7/2020).

Mantan Penerjemah Deng Xiaoping, Victor Gao, merasa "sangat ragu" pemerintah Inggris akan menepati janjinya.

"Mereka tidak melakukannya [memberikan status kewarganegaarn Inggris] pada 1997 dan saya pikir mereka tidak akan melakukannya sekarang," ujarnya.

 "Jika Anda membandingkan antara Hong Kong atau Inggris, banyak orang Hong Kong yang senang tinggal di sana [Hong Kong] karena tempatnya bagus untuk berbisnis, pajak rendah, dan orang tidak akan memilih pergi," tambahnya.

Baca juga: UU Keamanan Nasional untuk Hong Kong Dinilai Lebih Kejam dari Dugaan

Dia melanjutkan siapa saja yang mendukung Hong Kong akan mendukung UU keamanan nasional.

Musababnya dia mengklaim banyak orang Hong Kong yang setuju UU tersebut karena selama setahun ini merasakan "kekerasan, anarki, dan membangkang peraturan".

Victor berkukuh hak untuk protes, berdemonstrasi, dan kebebasan berpendapat dijamin penuh oleh UU kemanan nasional. 

Meskipun fakta di lapangan melaporkan 370 orang ditahan pada Rabu, termasuk 10 orang yang "melanggar" UU baru tersebut.

Mantan Ketua Partai Demokrat Hong Kong Emily Lau berpendapat bebebrapa orang "sangat tertarik" terhadap penawaran Raab.

Tetapi dia juga berharap sekutu lain seperti Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Amerika Serikat (AS) juga akan membatu.

Baca juga: Seorang Pria Ditangkap Karena Mengibarkan Bendera Hong Kong Merdeka

"Tentu saja, saya harap akan ada skema bantuan internasional untuk membantu orang-orang Hong Kong yang sangat ketakutan," ujar dia.

Gubernur terakhir Hong Kong saat di bawah kekuasaan Inggris, Chris Patten, mengatakan UU Kemanan Nasional telah "sepenuhnya menjungkirbalikkan Satu Negara Dua Sistem".

Dia mengatakan, UU tersebut sebuah distopia karena berujung kepada kepemimpinan yang totaliter. Patten berharap Inggris beserta sekutunya bersatu.

"Ketika China berperilaku baik, kita akan bekerja sama dengan mereka. Namun ketika mereka berperilaku buruk, kita akan memanggil mereka dan akan ada konsekuensinya," tambah dia.

"Hal itu harus dilakukan. Kalau tidak, abad ke-21 ini akan semakin tidak makmur dan semakin berbahaya," sambung dia.

Baca juga: Tusuk Polisi Hong Kong, Pria Ditangkap Saat Hendak ke Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com