Di negara berpenduduk 27,5 juta orang, hanya ada beberapa ratus mesin ventilator yang sangat vital dalam membantu pernafasan para pasien yang terinfeksi virus corona.
Baca juga: Kilang Minyaknya Diserang, Koalisi Arab Saudi Lancarkan Operasi Militer ke Yaman
4. Jumlah kasus virus corona tidak diketahui
Alasan lain adalah tidak adanya data akurat siapa yang menderita virus corona yang menyebabkan semakin sulit untuk mencegah penyebaran di tengah sistem kesehatan yang telah rapuh.
Sejak pasien virus corona pertama kali dilaporkan di daerah yang dikuasai pemerintah, April lalu, skala sebenarnya dari wabah itu mustahil untuk diukur.
Pemerintah mengumumkan ada lebih dari 900 kasus virus corona, sementara pemberontak yang menguasai ibu kota dan wilayah padat lainnya hanya mendeteksi empat kasus.
PBB memprediksi, jika dilihat dari jumlah alat uji virus yang terbatas, kurang transparansinya data pemerintah maupun pemberontak, jumlah kasus virus corona yang sebenarnya terjadi jauh lebih tinggi daripada yang disampaikan.
Baca juga: Serukan Berakhirnya Perang Yaman, Putin Kutip Ayat Al Quran
5. Tenaga medis rentan terpapar
Sudah kekurangan obat, petugas medis juga tidak memiliki alat pelindung diri atau APD seperti masker, jubah, sarung tangan dan lainnya yang berfungsi untuk melindungi dari penyakit.
Sebuah laporan situs berita Al Masdar yang belum terkonfirmasi kebenarannya menyebut puluhan petugas medis telah tewas akibat Covid-19 di daerah yang baik dikuasai pemberontak maupun pemerintah.
Salah satu pakar penyakit menular yang paling menonjol di Yaman, Yassin Abdul Wareth, meninggal akibat Covid-19 awal bulan ini, dan digambarkan sebagai pukulan besar bagi sektor kesehatan Yaman.
Baca juga: Bahas Situasi Yaman, Putra Mahkota Abu Dhabi Temui Raja Salman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.