Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian START AS-Rusia, China Tidak Hadir Rapat

Kompas.com - 24/06/2020, 11:23 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Time,AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia pada Selasa (23/6/2020) mengatakan tindakan AS yang bersikeras melibatkan China pada perundingan START, perjanjian senjata nuklir AS-Rusia, adalah hal yang tidak masuk akal.

Keinginan AS itu diungkap sehari setelah Moskwa dan Washington melakukan negosiasi atas kesepakatan senjata nuklir utama mereka yang tersisa.

"AS bersikeras melibatkan China. Dari pihak kami, kami telah menjelaskan secara detil mengapa kami mempertimbangkan bahwa tidak masuk akal jika mengikutsertakan China," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov sebagaimana dikutip Kantor Berita RIA Novosti.

Baca juga: Ingin Undang Rusia, Trump Tunda KTT G7

"Dan kami tidak akan menggunakan pengaruh kami atas China sebagaimana yang diinginkan AS," imbuh Sergei yang berperan sebagai negosiator dalam perundingan ini.

Presiden AS Donald Trump telah bersikeras agar China juga terlibat dalam diskusi perjanjian START baru yang bertujuan memperluas perjanjian yang membatasi hulu ledak nuklir AS dan Rusia karena Trump mengatakan bahwa Beijing punya izin bebas untuk mengembangkan sistem senjata.

Negosiator AS untuk perundingan ini, Marshall Billingslea bersikeras pada Selasa (23/6/2020) bahwa China punya kewajiban untuk bernegosiasi dengan itikad baik kepada AS dan Rusia.

Baca juga: Trump Tunda Beri Sanksi ke China atas Tudingan Penyiksaan Uighur

Pembicaraan mengenai perpanjangan perjanjian yang akan berakhir pada Februari 2021 dan membatasi masing-masing pihak untuk 1.550 hulu ledak nuklir, berlangsung di Vienna, Austria, pada Senin (22/6/2020) dengan Billingslea yang mengatakan bahwa mereka 'sangat positif'.

China tidak menunjukkan ketertarikan untuk bergabung dalam pembicaraan itu. Para analis pun mengatakan bahwa bakal ada sedikit prospek perjanjian antara Rusia dan AS.

Sesaat sebelum pembicaraan dimulai, Billingslea menyindir China yang tidak bergabung dalam perundingan itu dengan mengunggah gambar meja negosiasi kosong yang dihiasi dengan bendera China di Twitternya.

Baca juga: China Sebut Militer AS Kerahkan Kekuatan Besar ke Asia-Pasifik

Negosiator AS Marshall Billingslea mengatakan pada Selasa bahwa satu hari "diskusi maraton" tingkat tinggi itu telah berakhir Senin malam (22/6/2020).

Diskusi itu telah cukup produktif menyimpulkan pembentukan beberapa kelompok kerja teknis untuk menggali lebih dalam masalah dengan membuka jalan untuk pembicaraan putaran kedua pada akhir Juli atau awal Agustus.

"Kami berdua (AS-Rusia) sepakat pada penghentian pembicaraan kami bahwa lingkungan strategis telah berubah secara signifikan sejak perjanjian START Baru ditandatangani," kata Billingslea sebagaimana dilansir TIME.

Baca juga: Tulisan Putin tentang Perang Dunia II, Buat AS Penasaran

"Kita semua dapat mengingat kembali 10 tahun yang lalu, dunia, pada kenyataannya, adalah tempat yang sangat berbeda."

Perjanjian START baru, ditandatangani pada 2010, memberlakukan batasan pada jumlah hulu ledak nuklir AS dan Rusia.

Perjanjian START menjadi pakta senjata nuklir terakhir antara kedua negara setelah tahun lalu AS membatalkan perjanjian Pasukan Nuklir kisaran Menengah dengan Rusia, perjanjian era Perang Dingin yang mana kedua belah pihak berulang kali menuduh saling melanggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com