Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Beberapa Negara "Buta" dalam Melacak Kontak Pasien Virus Corona

Kompas.com - 12/05/2020, 15:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

JENEWA, KOMPAS.com - Direktur Kedaruratan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, beberapa negara "buta" dalam melacak kontak pasien virus corona.

Dr Michael Ryan berujar, sejumlah negara belum secara efektif "memanfaatkan penelusuran kontak dan memasukkannya ke karantina", untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Ia menolak menyebut nama negara-negara tersebut, tetapi mencontohkan Jerman dan Korea Selatan bisa dijadikan patokan bagaimana mendeteksi dan menghentikan kluster virus corona sebelum keluar kendali.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melambat, Jerman Buka Lagi Negara Termasuk Bundesliga

"Memejamkan mata dan coba melewati ini secara buta adalah persamaan konyol yang pernah kulihat," ucapnya dikutip dari Associated Press (AP) pada Selasa (12/5/2020).

"Dan saya benar-benar khawatir negara-negara tertentu sedang mempersiapkan diri untuk melewati ini secara buta dalam beberapa bulan ke depan."

Bahkan di Jerman pun, masih muncul kluster baru pasien Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. Kluster baru ini dikaitkan dengan 3 rumah jagal.

Baca juga: Kluster Infeksi Baru, Presiden Korea Selatan Minta Warganya Tidak Panik

Begitu pun dengan Wuhan dan di Korea Selatan yang mencatatkan 85 kasus baru setelah kelab malam kembali dibuka.

Apple, Google, beberapa negara bagian AS, dan negara-negara Eropa sedang mengembangkan aplikasi pelacakan kontak, yang menunjukkan apakah seseorang berada di lingkup orang yang terinfeksi.

Namun para ahli menekankan, teknologi ini hanya melengkapi, tidak menggantikan tugas manusia sepenuhnya.

Baca juga: Covid-19 Renggut Nyawa Bos Kartel Meksiko di Penjara

Lebih dari 10.000 orang terlibat dalam pelacakan kontak di Jerman, negara yang berpenduduk 83 juta jiwa.

Inggris yang sempat meninggalkan pelacakan kontak pada awal Maret, sekarang sedang merekrut 18.000 orang.

Menteri Kesehatan Perancis menjanjikan pelacakan kontak yang lebih gencar, dan setiap minggunya akan ada 700.000 orang yang diuji.

Baca juga: Diminta Menguji Jamu Covid-19 Temuannya, Presiden Madagaskar Merasa Diremehkan

Namun pada Senin (12/5/2020), pengadilan tertinggi Perancis memerintahkan para petinggi negaranya untuk berhati-hati dalam melindungi hak privasi rakyatnya, yang menimbulkan keraguan tentang bagaimana usulan Menkes dilanjutkan.

Hingga Selasa (12/5/2020) siang WIB, virus corona telah mencapai lebih dari 4,1 juta kasus di seluruh dunia, dengan lebih dari 285.000 korban meninggal di seluruh dunia.

Jumlah korban meninggal di antaranya lebih dari 150.000 di Eropa dan 80.000 di AS, menurut penghitungan dari Universitas Johns Hopkins. Namun para ahli percaya, mungkin angka sebenarnya lebih besar.

Baca juga: AS Tuding China Hendak Curi Penelitian Vaksin Corona Lewat Hacker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com