Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Backpacker di Pedalaman Australia Dilempari Batu dan Diminta Pulang ke Negara Asal Mereka

Kompas.com - 23/04/2020, 06:21 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Geber mengatakan rasa permusuhan terhadap warga asing meningkat sejak adanya kasus positif virus corona di Barossa Valley, yang berasal dari dua kelompok turis asal Amerika Serikat dan Swiss.

"Beberapa warga lokal menelpon polisi untuk mengecek apakah di hostel kami menerapkan social distancing."

"Polisi kemudian mengecek apakah aturan satu orang per empat meter persegi dipatuhi."

"Kemudian ada insiden di mana para backpacker datang membeli kopi... dan pelayan perempuan membuat catatan di bukunya jika beberapa backpacker datang sekaligus dalam waktu bersamaan."

Alasan 'backpacker' tidak bisa pulang

Dengan perbatasan yang masih ditutup di banyak negara, larangan perjalanan menjadi tidak penting.

Terbatasnya penerbangan internasional membuat banyak 'backpacker' terjebak di Australia.

Ada beberapa pemilik pertanian yang merasa pekerja asing memiliki kemungkinan lebih besar terjangkit virus corona.

Namun pemilik hostel Bronnie Allen di Loxton mengatakan hostelnya menerapkan aturan dengan ketat.

Dia juga berpendapat bahwa kehadiran 'backpacker' sangat penting bagi industri pertanian di Australia.

"Tanpa kehadiran para backpacker, para petani tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan mereka," katanya.

Kehilangan pekerjaan ditambah dengan harga tiket pesawat yang mahal membuat 'backpacker' seperti Darren Stewart tidak bisa kembali ke negara asalnya, Skotlandia.

"Kami terjebak di sini, dan mendengar orang mengatakan go home terasa lebih menyakitkan karena kami tidak bisa melakukannya sekarang ini."

Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, WNI di Australia Temukan Peluang Baru

Kristina Welters pun berpendapat sama, menurutnya kembali ke Jerman sekarang adalah tindakan yang berisiko.

"Saya takut karena saya bisa membawa virus ini ke rumah. Saya tidak mau membuat keluarga saya tertular."

"Ini yang membuat saya kesal, orang-orang di sini mungkin tidak berpikir juga mengenai situasi yang kami hadapi."

Sementara itu, Milan Scheunemann yang juga berasal dari Jerman, mengatakan sebelumnya para 'backpacker' disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat sebelum adanya virus corona.

"Kami tidak bisa pulang dan bertemu dengan orang tua kami, jadi di sini kami bisa membangun keluarga kecil kami, tetapi sedihnya kami diperlakukan seperti orang luar.'

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com