Geber mengatakan rasa permusuhan terhadap warga asing meningkat sejak adanya kasus positif virus corona di Barossa Valley, yang berasal dari dua kelompok turis asal Amerika Serikat dan Swiss.
"Beberapa warga lokal menelpon polisi untuk mengecek apakah di hostel kami menerapkan social distancing."
"Polisi kemudian mengecek apakah aturan satu orang per empat meter persegi dipatuhi."
"Kemudian ada insiden di mana para backpacker datang membeli kopi... dan pelayan perempuan membuat catatan di bukunya jika beberapa backpacker datang sekaligus dalam waktu bersamaan."
Dengan perbatasan yang masih ditutup di banyak negara, larangan perjalanan menjadi tidak penting.
Terbatasnya penerbangan internasional membuat banyak 'backpacker' terjebak di Australia.
Ada beberapa pemilik pertanian yang merasa pekerja asing memiliki kemungkinan lebih besar terjangkit virus corona.
Namun pemilik hostel Bronnie Allen di Loxton mengatakan hostelnya menerapkan aturan dengan ketat.
Dia juga berpendapat bahwa kehadiran 'backpacker' sangat penting bagi industri pertanian di Australia.
"Tanpa kehadiran para backpacker, para petani tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan mereka," katanya.
Kehilangan pekerjaan ditambah dengan harga tiket pesawat yang mahal membuat 'backpacker' seperti Darren Stewart tidak bisa kembali ke negara asalnya, Skotlandia.
"Kami terjebak di sini, dan mendengar orang mengatakan go home terasa lebih menyakitkan karena kami tidak bisa melakukannya sekarang ini."
Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, WNI di Australia Temukan Peluang Baru
Kristina Welters pun berpendapat sama, menurutnya kembali ke Jerman sekarang adalah tindakan yang berisiko.
"Saya takut karena saya bisa membawa virus ini ke rumah. Saya tidak mau membuat keluarga saya tertular."
"Ini yang membuat saya kesal, orang-orang di sini mungkin tidak berpikir juga mengenai situasi yang kami hadapi."
Sementara itu, Milan Scheunemann yang juga berasal dari Jerman, mengatakan sebelumnya para 'backpacker' disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat sebelum adanya virus corona.
"Kami tidak bisa pulang dan bertemu dengan orang tua kami, jadi di sini kami bisa membangun keluarga kecil kami, tetapi sedihnya kami diperlakukan seperti orang luar.'
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.